Transisi menuju energi terbarukan menciptakan peluang tersendiri bagi generasi milenial. Peran generasi muda hingga kini menjadi krusial tatkala mereka mampu memegang peranan penting dalam mempercepat transisi energi. Generasi milenial memiliki peran yang sama pentingnya dengan pihak lain dalam mendukung penerapan energi terbarukan di Indonesia. 

Salah satu keberadaan energi terbarukan yang terus didorong penerapannya yakni energi surya atau matahari. Energi matahari telah banyak dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi terbarukan untuk mengatasi krisis energi karena kelangkaan energi berbasis bahan bakar minyak bumi di banyak negara. 

Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) memiliki pertumbuhan kapasitas tercepat di dunia, termasuk di Indonesia. Potensi PLTS di Indonesia sangat besar yaitu 4,8 kWh/m2 namun pemanfaatannya masih sekitar 10 mWp. Potensi besar PLTS sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT) ini perlu dikembangkan sesuai dengan kebijakan dan roadmap target pemasangan PLTS oleh pemerintah sebesar 0.87 GW per 2025. 

Oleh karena itu, perlu adanya edukasi masif untuk memberikan wawasan kepada masyarakat Indonesia mengenai potensi dan pentingnya PLTS sebagai salah satu energi bersih, sustainable, dan affordable untuk menerangi Indonesia. Edukasi yang masif bisa diwujudkan oleh generasi milenial, tak terkecuali mahasiswa. 

Bernadeta Elie merupakan salah satu mahasiswi yang gencar mengedukasi penggunaan energi surya atau matahari bersama dengan komunitas yang dipimpinnya: Society of Renewable Energy (SRE) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS). Ia bersama SRE aktif menggelar kegiatan edukasi, baik online maupun offline guna mengedukasi masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa akan pentingnya pemanfaatan energi terbarukan yakni energi surya atau PLTS Atap. 

Dalam momen Bincang Energi Muda (BEM) Series Edisi ke-20, Brenda -sapaan akrabnya- menuturkan bahwa saat ini generasi muda memiliki peran yang sama pentingnya dengan pihak lain. “Saat ini kita juga harus sadar kalau memanfaatkan energi matahari itu sangat penting, terlebih negara kita disinari oleh sinar matahari hampir di seluruh wilayah, terkhusus yang ada di Indonesia bagian Timur,” terangnya. 

Brenda juga sempat bercerita mengenai pengalamannya tinggal di wilayah Timur Indonesia, Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ia bercerita bahwa minimnya keberadaan listrik seperti di kota-kota besar lainnya membuat warga Kupang harus pintar memanfaatkan keberadaan alam, yakni matahari. 

Disana ia menuturkan bahwa sudah mulai memanfaatkan penggunaan PLTS Atap sebagai bahan baku listrik utama. Penggunaan PLTS Atap ini mereka gunakan dengan menggunakan panel-panel surya yang terdapat di sekitar areal rumah. Terbukti, hingga kini, keberadaan PLTS Atap mampu menerangi sebagian besar wilayah Kupang dan sekitarnya, serta tentu mampu mendorong akselerasi energi bersih dan terbarukan. 

Sebagai seorang mahasiswa, Brenda sadar banyak tantangan yang dihadapi bersama dengan rekan-rekannya yang juga sesama mahasiswa. Mulai dari mengedukasi masyarakat, hingga menanamkan semangat penggunaan PLTS Atap. Ia tak menampik bahwa beberapa perangkat PLTS Atap harganya cukup mahal. Untuk itu Brenda memberikan saran berupa penggunaan PLTS Atap berjenis on grid yang masih cukup bisa dijangkau. 

Terlepas dari itu semua, Brenda tetap mengobarkan semangat edukasi pada masyarakat guna cita-cita Indonesia menyongsong energi terbarukan mampu tercapai. “Sebagai mahasiswa dan salah satu ujung tombak dari segala inovasi, peka terhadap urgensi energi terbarukan sangat penting. Tidak hanya peka, namun juga bisa take action. Bersama dengan SRE ITS kami bergerak secara teratur, masif, dan pasti untuk mengkampanyekan dan menebarkan semangat dalam menggunakan energi terbarukan, karena waktu terus berjalan,’’ tutup Brenda pada segmen BEM Series malam itu. 

 

EPISODE LAINNYA

Tagged: , ,
FOLLOW AND SUBSCRIBE
Episodes

BEM #20 | Millennial’s Horizon on the Potential of Solar Panel to Provide Indonesia’s Green Energy

oleh Bincang Energi time to read: 2 min
0