Pada hari Minggu, 13 Juni 2021. Bincang Energi menyelenggarakan Webinar yang bertemakan “The Challenge of Sustainable Ocean and Environment”. Acara webinar kali ini menghadirkan 3 pemateri yang sangat inspiratif yaitu Ibu Dr. Dwi Haryanti, S. Kel, MSc yang merupakan Dosen FPIK Universitas Diponegoro, kemudian Bang Bakri Tampibessy yang merupakan Founder Laut Kita ID, dan yang terakhir adalah Bang Agung Bimo Listyanu yang merupakan Co-founder & COO Carbon Ethics. Acara yang berlangsung lebih kurang 3 jam ini dipandu oleh Dicky Andika Putra sebagai MC dan Kak Mada Sophianingrum sebagai Moderator.
Pemaparan materi di Webinar kali ini diawali oleh Ibu Dr. Dwi Haryanti, S. Kel, MSc yang membawakan topik “Coral Reefs in Our Changing Ocean”. Beliau menuturkan bahwa saat ini Indonesia merupakan pusat terumbu karang di dunia di mana ada sekitar dua pertiga terumbu karang yang ada di dunia ini tumbuh di Indonesia. Walaupun begitu bagian pulau Jawa tidak termasuk sebagai keberagaman terumbu karang dunia. Terumbu karang juga merupakan rumah bagi berbagai macam makhluk hidup, mulai dari ikan, karang, sampai belut. Beliau juga pernah melakukan dokumentasi terhadap jenis terumbu karang yang ada di Karimun Jawa. Pada tahun 2010 terdapat sekitar 78 spesies karang, namun pada tahun 2020 sudah ada sekitar 200 spesies terumbu karang di Karimun Jawa. Sayangnya saat ini ada tiga ancaman utama bagi keberlangsungan hidup terumbu karang di dunia. Yang pertama adanya global warming & ocean acidification, dimana global warming yang menyebabkan kadar CO2 di laut meningkat yang pada akhirnya menyebabkan pH air laut menjadi lebih asam. Yang kedua Ocean Hypoxia, dan yang ketiga polusi yang berasal dari darat. Kita semua juga dapat berkontribusi bagi keberlangsungan hidup dari terumbu karang yang ada di dunia. Kita bisa memulainya dengan cara mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan kita sehari hari dan juga menyebarkan pemahaman untuk menjaga lingkungan hidup bagi terumbu karang yang ada di dunia.
Kemudian pemaparan materi berikutnya di bawakan oleh Bang Bakri Tampibessy. Pemaparan materi kedua ini diawali dengan latar belakang dibentuknya “Laut Kita ID”. Beliau menjelaskan bahwa terbentuknya Laut Kita ID didasari atas keresahan, melihat banyaknya sampah plastic di Teluk Ambon. Kemudian beliau juga menjelaskan mengenai banyaknya sampah yang ada di lingkungan Teluk Ambon. Menurut data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan Kota Ambon mengungkapkan, jumlah sampah di kota Ambon telah mencapai 268,57 ton per harinya. 6–8 ton diantaranya diangkut dari Teluk Ambon, (sumber kompastimur.com 2018). Sementara itu, hasil riset peneliti bidang pencemaran laut LIPI Ambon mengungkapkan “dari 70% sampah di teluk Ambon didominasi oleh sampah plastik” (Sumber satumaluku.id 2019). Menurut pendapat beliau, berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah sampah tersebut sudah dapat disebut membanjiri atau mendominasi jika dibandingkan dengan luas kawasan di Teluk Ambon. Kemudian, bagaimanakah kondisi laut dan lingkungan hidup saat ini? Kondisi laut dan lingkungan hidup saat ini terjadi karena ada beberapa permasalahan. Pertama karena ketergantungan manusia dengan plastic, dimana daya konsumsi plastic sudah tidak dapat terkendali. Beliau menjelaskan bahwa adanya mindset yang tertanam di pikiran manusia bahwa plastic itu mudah dibawa, harganya terjangkau dan ringan dibawa yang menjadikan salah satu faktor meningkatnya penggunaan plastic. Ketika plastic yang tadinya kita buang sembarangan sudah mencemari lautan, secara otomatis akan menjadi predator bagi hewan – hewan laut. Kemudian manusia yang terpapar oleh plastik berisiko lebih besar untuk mengalami kanker, cacat lahir, gangguan imunitas, gangguan endokrin dan penyakit berbahaya lainnya. Berikutnya beliau juga menjelaskan mengenai “Apa Tantangan Kita Dalam Mewujudkan Sustainable Ocean and Environment?” Ada 3 tantangan utama saat ini, yaitu polusi, Iklim dan kurangnya kesadaran manusia akan kebersihan lingkungan. Di Akhir presentasi, beliau memaparkan tentang bagaimana langkah strategis yang harus dilakukan untuk mendukung pencapaian Sustainable Ocean and Environment ? Ada 3 poin yang disebutkan oleh beliau, yaitu yang pertama Kita bisa mulai dari rumah dan mulai dari diri sendiri lebih baik larang penggunaan plastik sekali pakai di rumah daripada menunggu regulasi yang dikeluarkan pemerintah, kedua mengkampanyekan gerakan ramah lingkungan atau gerakan menjaga laut dan sebagainya yang punya impactful bagi lingkungan baik melalui social media maupun media lainnya yang tentu tidak lepas dari time frame yang kita bisa, dan yang terakhir mengimplementasikan 3R (REDUCE (Mengurangi), REUSE (Menggunakan Kembali) dan RECYCLE (Mendaur Ulang).
Sebagai pemapar materi yang terakhir Bang Bimo membawakan topik “Love Our Ocean, Declelerate the climate crisis !”. CarbonEthics merupakan sebuah movement yang menginginkan semua orang dapat aware tentang karbon yang telah mereka hasilkan sehari – hari nya, cara menguranginya, dan mengkompensasinya. Bang Bimo juga menjelaskan bahwa pohon mangrove dapat 10 kali lebih efektif untuk menyerap karbon. Beliau juga menjelaskan bahwa laut dapat mengatur cuaca, dan laut juga menghasilkan lebih dari 50% oksigen yang kita hirup saat ini. CarbonEthics juga memberikan kita solusi untuk mengurangi Carbon Footprint, yaitu kita bisa menggunakan carbon footprint calculator yang mereka buat. Dengan adanya carbon footprint calculator tersebut diharapkan seluruh masyarakat dapat lebih memperhatikan carbon footprint yang mereka hasilkan.
The Challenge of Sustainable Ocean and Environment | Materi RuBEn #1
EPISODE LAINNYA