Permasalahan lingkungan hidup saat ini menjadi masalah yang serius. Di Indonesia, permasalahan lingkungan ini timbul akibat dari aktivitas manusia, mulai dari kegiatan rumah tangga, kegiatan produksi, hingga kegiatan berbelanja ataupun aktivitas lainnya yang menghasilkan sisa buangan, salah satunya sampah plastik.

Berdasarkan data dari Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) dan Badan Pusat Statistik (BPS) produksi sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Hal ini dikarenakan kepraktisan kantong plastik yang disediakan di supermarket, minimarket, atau di pasar, dibanding dengan membawa kantong belanjaan sendiri. Banyak orang masih kurang sadar dengan permasalahan sampah plastik ini, tetapi tak sedikit juga yang resah dan mulai mencari solusi nyata untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan terhadap bumi yang mulai tua dan mengalami banyak perubahan. Ranah Bhumi hadir menjadi salah satu solusi dari permasalahan penggunaan plastik.

Ada tiga alasan yang mengawali Bukhi Prima Putri membangun toko kelontong Ranah Bhumi. Pertama adalah kenangan masa kecil berbelanja di toko kelontong. Alasan kedua adalah proses jual beli yang masih banyak menggunakan kemasan plastik dan setiap tahun menghasilkan sampah sebanyak 500 juta ton. Sampah plastik yang masuk ke dalam laut lama-kelamaan bisa menjadi sebuah pulau plastik. Ketiga, dibutuhkannya suatu model bisnis yang relevan dan solutif bagi masyarakat.

Ranah bhumi berawal pada tahun 2019 di Yogyakarta. Awalnya Bukhi selaku ibu dari Ranah Bhumi berangkat ke Yogyakarta dengan tujuan untuk mengelilingi desa-desa menggunakan bus berbahan bakar sampah. Namun, bus tersebut memakan waktu sekitar dua tahun untuk direnovasi dan di-rekondisi. Selama menunggu, Ia menemukan ketertarikan untuk membangun sebuah bisnis. Setelah melakukan observasi dan riset, ia memutuskan untuk membuat toko kelontong untuk menjawab permasalahan yang ada. Ranah Bhumi bercita-cita untuk memiliki identitas yang bisa menjejak dalam berbagai hal yang diriset, memperkenalkan bahwa manusia memiliki batasan, serta mengangkat semua hal baik yang ada di bumi. Toko kelontong ini  menyediakan berbagai produk untuk dijual mulai dari bahan pangan, kerajinan, hingga produk pembersih.

Mengenang masa kecilnya berbelanja di toko kelontong, Bukhi bercerita kalau dulu beras diletakan ditempat penyimpanan yang terbuat dari kayu. Namun, sekarang  orang mengutamakan higienitas sehingga kini beras diletakan di dalam toples yang kedap udara, bebas dari debu, kuman, dan lainnya. Selain beras kita juga menjual rempah-rempah, bubuk teh, kacang-kacangan, beri-berian, produk vegan. Selain itu juga tersedia produk kerajinan yang bertujuan agar ekonomi mandiri yang ada di Yogyakarta bisa terangkat, seperti sabun, VCO, shampo.

Produk yang ada di Ranah Bhumi dapat dibeli secara langsung dan secara online melalui instagram. Awalnya Ranah Bhumi menjual produk sehari-hari, dan diambil dari sekitar Yogyakarta. Produk yang dijual harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu produk lokal, ramah lingkungan, sehat bagi tubuh,  serta tidak mengorbankan lingkungan maupun kelompok sosial. Sekitar 60-70% persen produk di Ranah Bhumi Merupakan produk lokal Indonesia, sementara sekitar 20-30% produk lainnya berasal dari daerah lain di Indonesia. Sisa 10%-nya adalah produk impor seperti menstrual cup dan sikat gigi bambu.

Ranah Bhumi merupakan salah satu solusi nyata dari permasalahan sampah saat ini yang dikemas dalam suatu bisnis yang ramah lingkungan dan berdampak bagi sosial. Green Business merupakan sebuah konsep yang diterapkan oleh pelaku usaha, dimana tidak hanya berfokus pada keuntungan, tetapi juga memikirkan dampak lingkungan yang dihasilkan oleh usaha tersebut.

Ada beberapa kategori Green Business. Yang pertama adalah bisnis konvensional (ekonomi linear). Bisnis ini mulai menggeser kebijakannya menjadi lebih baik dan ramah lingkungan. Agar lebih baik dari sebelumnya mereka harus memenuhi persyaratan tertentu atau melakukan sertifikasi hijau. Kedua, bisnis yang mengubah model bisnisnya menjadi sirkular. Lebih dari 50% bisnis sirkular mencoba untuk mengubah kebijakan-kebijakannya untuk lebih ramah lingkungan dan ramah sosial sejak dari hulu hingga ke hilir. Bisnis ini muncul tidak hanya untuk menjadi solusi bagi lingkungan dan sosial , tetapi juga mengatasi kebutuhan pasar.

Selama ini, bisnis-bisnis konvensional atau yang tergolong ekonomi linear melakukan proses ekstraksi, misalnya ekstraksi plastik. Plastik adalah produk dari ekstraksi minyak bumi. Semua jenis plastik ini akan berakhir ke TPA. Sebenarnya TPA bukanlah tempat hanya untuk membuang, tetapi juga tempat memproses. Namun, situasinya saat ini TPA menerima sampah lebih banyak daripada kapasitas yang dapat diprosesnya. Hal tersebut merupakan kelemahan dari ekonomi linear dan dapat ditemukan solusinya pada ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular berusaha membuat produknya selalu berada dalam lingkaran. Misalnya bagaimana caranya agar plastik tidak berakhir ke TPA. Produk yang tidak bisa terkelola lagi oleh TPA maka akan dilakukan daur ulang, digunakan kembali materialnya agar selalu ada nilainya.

Selain itu, yang menjadi pondasi atau jaring pengaman adalah masyarakat itu sendiri. Jika pondasi itu sudah terbentuk nantinya pemerintah akan melihat dan menawarkan bantuan. Saat itu kita bisa bekerja bersama dengan pemerintah. Namun,  perlu diingat jangan sampai kita melupakan nilai-nilai yang sudah kita bangun dengan masyarakat sebelumnya jika bekerja sama dengan pemerintah.

Anak-anak adalah masa depan kita,

di Ranah Bhumi, kita ajak anak-anak untuk bermain, karena di bagian depan banyak pepohonan. Terkadang kita buat beberapa sesi seperti masak klepon. Warna hijau klepon didapat dari daun suji, tetapi sebenarnya warnanya bisa macam-macam, jadi kita kenalkan ke mereka kalau klepon bisa dibuat bermacam warna, coba kalian lihat di sekitar kita tinggal, kira-kira tanaman apa saja yang bisa merubah warna? Jadi mereka cari tahu, mereka juga senang dan bisa berimajinasi sendiri.”, tambah Bukhi.

Saat ini keadaan bumi sudah semakin tua, selain itu dampak dari berbagai kerusakan yang terjadi seperti hutan gundul, pembakaran hutan membuat keadaan bumi semakin parah, hal ini akan membuat bisnis-bisnis konvensional mulai bergeser dan mendorong berbagai stakeholder terkait untuk beralih menjadi bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan atau green business. Setiap orang harus menyadari keadaan ini dan sama-sama bergerak untuk memulihkan keadaan bumi saat ini.

Setiap orang dapat memulai Green Business, termasuk generasi muda atau generasi milenial. Langkah awal yang dapat dilakukan untuk memulai Green Business dengan menganalisis, mencari tahu dan memetakan kebutuhan masyarakat sekitar. Kemudian membuat daftar apa yang kita miliki dan tidak kita miliki agar bisa menentukan bagaimana jalannya bisnis dan dengan siapa akan berkolaborasi. Hal utama yang harus diperhatikan dalam menjalan Green Business atau bisnis apapun adalah mengenali diri sendiri dan tujuan yang ada dalam diri agar bisnis yang dibangun bisa menjadi solusi bagi diri sendiri, masyarakat sekitar, maupun lingkungan.

EPISODE LAINNYA
Tagged: , ,
FOLLOW AND SUBSCRIBE
Episodes

BEM #3 | Green Business: Hijaukan Negeri

oleh Bincang Energi time to read: 4 min
0