Ruang Bincang Energi (RuBEn) kembali hadir ke hadapan Sobat Bincang Energi pada hari Minggu, 29 Agustus 2021 yang lalu. Pada RuBEN kali  ini, diangkat topik “Renewable Energy in Indonesia: Mapping The Road Ahead” dengan pembicara-pembicara yang sangat mumpuni dan ahli di bidangnya masing-masing. Pembicara pertama adalah Bapak Tony Susandy S.T., M.BA., selaku Analis Kebijakan Madya, Koordinator Penyiapan Program Aneka Energi Baru dan Terbarukan, KESDM. Pembicara selanjutnya adalah Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng., selaku Deputi bidang Teknologi, Informasi, dan Material dari Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT). Pembicara terakhir yang tidak kalah luar biasa adalah Dr. Oki Muraza selaku SVP Research & Technology Innovation daru PT Pertamina (Persero). Acara yang merupakan kolaborasi antara Bincang Energi dan National Battery Research Institute ini dipandu oleh dua orang moderator, yaitu Kak Mada Sophianingrum dan Kak Shinta.

Pemateri 1: Tony Susandy S.T., M.BA (mewakili Bapak Chrisnawan Anditya, S.T., M.T.) [Skip to 20:28]

Narasumber pertama, yaitu Bapak Tony Susandy S.T., M.BA., memulai pemaparan dengan membahas kondisi keenergian di Indonesia saat ini. Defisit neraca perdagangan akibat produksi minyak yang tidak mampu menyeimbangkan meningkatnya permintaan dapat ditanggulangi dengan pemanfaatan EBT. Potensi EBT di Indonesia cukup besar, yaitu sebesar 417 gigaWatt, tetapi baru dimanfaatkan sebesar 2,6%-nya. Secara umum, pembangkit listrik tenaga EBT naik sebanyak 4% per tahun sampai dengan tahun 2020. Terlebih lagi, jumlah pelanggan PLTS Atap meningkat hampir sebanyak 12 kali lipat sejak tahun 2018.

Untuk bersaing di pasar global, Indonesia harus beralih ke energi terbarukan. Pasalnya, banyak pasar yang mensyaratkan produk dihasilkan dari listrik energi bersih. Persyaratan ini memaksa industri-industri untuk beralih ke energi terbarukan berupa PLTS Atap. Selain itu, menanggapi meningkatnya kepedulian masyarakat global terhadap emisi gas rumah kaca, pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Transisi energi juga sedang dijalankan dengan berbagai cara, misalkan dengan kombinasi dan substitusi sepenuhnya energi fosil dengan EBT. Beberapa cara yang dilakukan diantaranya adalah dengan melakukan co-firing, pemanfaatan RDF, dan pengembangan biodiesel.

Tantangan pengembangan EBT di Indonesia dapat dipandang dari sisi hulu dan sisi hilir. Permasalahan sisi hulu terkait dengan permasalahan geografis, pembiayaan, kurangnya SDM terampil, permasalahan lahan, dan sebagainya. Di sisi hilir, permasalahan lebih mengarah ke rendahnya kesadaran masyarakat dan industri mengenai pentingnya EBT, serta menurunnya konsumsi energi selama pandemi. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ini, pemerintah Indonesia telah menyusun strategi jangka panjang, seperti pengembangan produksi green hydrogen secara komersial dan pengembangan pembangkit listrik secara masif. Indonesia menargetkan net zero emission pada tahun 2060.

Pemateri 2: Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng [Skip to 45:24]

Pemateri kedua, Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng, memulai pemaparan dengan memaparkan skenario net zero emission yang menunjukkan komitmen pada Paris Agreement. Secara umum, seluruh skenario mengutamakan peningkatan penggunaan energi baru terbarukan. Menurut Prof. Eniya, Pemetaan potensi energi terbarukan per provinsi di Indonesia sangat diperlukan. 

Menurut proyeksi dari BPPT, energi fosil masih akan mendominasi apabila tidak dilakukan terobosan. Selain itu, sektor transportasi dan industri harus mendapat perhatian lebih karena merupakan penghasil emisi terbanyak. Terlebih lagi, proyeksi BPPT membandingkan tiga skenario energi: BAU (business as usual; skenario tidak ada usaha apa-apa), EV (electric vehicle; skenario mendorong produksi kendaraan listrik), dan NRE (new and renewable energy; skenario pendorongan segala sektor). Pada skenario EV, diprediksi bahwa penggunaan energi fosil justru meningkat karena tidak dibarengi dengan perubahan di sektor pembangkit listrik. Di sisi lain, skenario NRE menjanjikan pengintegrasian energi terbarukan yang didominasi oleh energi hydro, panas bumi, biomassa, dan surya. Dari proyeksi dan gambaran yang diberikan oleh BPPT, energi surya memiliki potensi yang paling besar untuk menyokong skenario EV. 

Menurut narasumber, negara juga harus berinvestasi jika kita mengikuti skenario EV dan NRE. Komitmen dan investasi pemerintah terhadap energi baru terbarukan juga akan berdampak ke masyarakat. Sebagai gambaran, masyarakat harus siap menghadapi kenaikan harga listrik. Faktor kenaikan harga ini dipengaruhi oleh teknologi yang akan kita gunakan. Berdasarkan analisis biaya manfaat oleh BPPT, program pemanfaatan kendaraan listrik baik diterapkan. Investasi yang tidak sedikit ini tergolong ‘murah’ jika kita juga menilik faktor lain, seperti kualitas udara dan penurunan biaya kesehatan akibat polusi.

Pemateri 3: Dr. Oki Muraza [Skip to 01:19:59]

Pemateri terakhir pada RuBEn kali ini, Dr. Oki Muraza, berfokus pada pengoptimalan potensi energi panas bumi dan biomassa sebagai energi hijau. Beliau menjabarkan bahwa sebenarnya  Pertamina sedang mengembankan teknologi-teknologi energi terbarukan. Beberapa teknologi yang sedang dikembangkan Pertamina adalah pada sektor geotermal, solar PV, dan biomassa. Pada kesempatan ini, beliau ingin menekankan mengenai potensi pada sektor geotermal dan biomassa.

Menurut fakta yang dikemukakan Dr. Oki, Indonesia menduduki peringkat kedua pada pemanfaatan energi geotermal dengan capaian energi sebesar 2,1 gigaWatt. Tantangan terbesar yang dihadapi sektor geotermal adalah teknologi yang tidak efisien, baik secara proses maupun biaya. Menurut narasumber, teknologi yang paling penting adalah binary technology. Pada teknologi ini, tidak ada kontak langsung fluida geotermal dengan fluida kerja karena menggunakan heat exchanger. Siklus yang sering digunakan pada teknologi ini adalah ORC (organic Rankine cycle) dengan penggunaan solven bertitik didih rendah. Ketika kita menguasai produksi listrik dengan energi geotermal, kita dapat memproduksi sendiri hidrogen melalui proses elektrolisis air. Green hydrogen ini dapat menjadi alternatif sumber energi di masa depan.

Selain energi panas bumi, pemateri juga memaparkan potensi besar dibalik sampah biomassa di Indonesia. Menurut Dr. Oki, teknologi yang berprospek baik untuk saat ini adalah teknologi pengolahan biomassa berselulosa. Untuk pengolahan sampah biomassa menjadi etanol, pulau Sumatera dan pulau Kalimantan memiliki potensi terbesar untuk menjadi pusat manufaktur. Kebanyakan pabrik bioetanol menggunakan biomassa berupa limbah tetes tebu (molasses). Di sisi lain, limbah tandan kosong pemrosesan sawit dapat menjadi alternatif yang menjanjikan. Tantangan terbesar sektor biomassa berselulosa adalah pada proses produksi yang membutuhkan enzim impor. Selain pemanfaatan biomassa berselulosa, Indonesia juga memiliki potensi untuk mengembangkan pemrosesan minyak jelantah (used cooking oil) menjadi biodiesel dan green gasoline.

Setelah sesi pemaparan oleh ketiga narasumber, sesi tanya-jawab juga dipenuhi oleh antusiasme dari Sobat Bincang Energi. Beberapa pertanyaan Sobat Bincang Energi seperti seputar kendala dan tantangan pemanfaatan energi terbarukan sudah dijawab dengan baik oleh para pemateri.

Pesan dari Pemateri

 

Peluang energi terbarukan ke depan itu cerah dan teman-teman dapat memilih untuk berkontribusi di sektor mana.

Tony Susandy S.T., M.BA

 

Energi baru terbarukan harus diimplementasikan di Indonesia karena kita memiliki sumber daya yang sangat besar. Semoga rekan-rekan membuktikan keseriusannya dalam mendukun energi baru terbarukan.

Prof. Dr. Eng. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng

 

Untuk mendukung program EBT ini, kita perlu SDM. Kunci terpenting adalah di sumber daya manusia. Kita perlu mengembangkan potensi dan mengarahkan skill yang kita miliki. Mudah-mudahan kita dapat menyambut Indonesia Emas 2045 dengan sumber daya manusia yang mumpuni untuk menggarap renewable energy.

Dr. Oki Muraza

 

Dengan berakhirnya RuBEn #7 bertopik ““Renewable Energy in Indonesia: Mapping The Road Ahead”, diharapkan Sobat Bincang Energi memiliki gambaran mengenai masa depan energi terbarukan di Indonesia dan meningkatkan kepedulian mengenai energi terbarukan. Untuk lebih jelasnya, yuk, tonton kembali tayangan ulang RuBEN #7!

Sampai jumpa di acara Bincang Energi selanjutnya! Salam Energi Berkelanjutan!

Materi Webinar Lainnya

EPISODE LAINNYA

 

FOLLOW AND SUBSCRIBE
Episodes

RuBEn #7 | Renewable Energy in Indonesia: Mapping The Road Ahead

oleh Bincang Energi time to read: 5 min
0