Pada hari Sabtu, 28 Agustus 2021 yang lalu, Ruang Bincang Energi (RuBEn) kembali hadir ke hadapan Sobat Bincang Energi. Pada RuBEN #6  ini, diangkat topik “The Development of Marine Renewable Energy” dengan pembicara yang sangat ahli di bidangnya. Beliau adalah  Dr. Ahmad Mukhlis Firdaus selaku Dosen dari Program Studi Teknik Kelautan di Institut Teknologi Bandung. Acara yang merupakan kolaborasi antara Bincang Energi dan National Battery Research Institute ini dipandu oleh Kak Mada Sophianingrum selaku moderator.

Pemaparan materi dimulai dengan pembahasan singkat mengenai inovasi pemateri berupa turbin cross-flow untuk pemanfaatan ocean energy. Turbin ini merupakan penemuan baru yang mengantarkan beliau ke Universitas Oxford di Inggris untuk melakukan penelitian lanjutan di sana. Melalui riset laboratorium dan studi lapangan, turbin ini terus dikembangkan dan diperbaiki untuk mencapai hasil yang optimum.

Pemaparan oleh Dr. Ahmad Mukhlis Firdaus dilanjutkan dengan gambaran umum sektor energi di Indonesia. Beliau menyampaikan bahwa rasio elektrifikasi Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun demikian, masih banyak daerah di Indonesia yang belum dapat mengakses listrik secara leluasa. Melalui citra satelit, beliau memaparkan bahwa hanya penduduk Pulau Jawa yang dapat menikmati listrik setiap saat. Di sisi lain, beliau juga menyayangkan usaha pemerintah yang menggunakan energi fosil untuk mengatasi permasalahan rasio elektrifikasi di Indonesia. Pasalnya, hal ini dapat menghambat proses transisi ke energi terbarukan. 

Dr. Ahmad Mukhlis Firdaus melanjutkan pemaparan mengenai teknologi-teknologi pemanfaatan energi laut. Beliau menyampaikan bahwa sebenarnya jenis teknologi pemanfaatan ocean energy banyak jenisnya. Beberapa di antaranya adalah pemanfaatan tidal stream energy (energi arus pasang-surut), ocean thermal energy (energi panas laut), dan wave energy (energi ombak). Saat ini, energi dari laut masih didominasi oleh pemanfaatan tidal stream dan wave energy.

Tidal Energy | mysite

Gambar 1. La Rance Tidal Barrage, Prancis (Takenouchi, Okuma, Furukawa, dan Setoguchi, 2006)

Energi arus pasang-surut memanfaatkan fenomena pasang-surut air laut. Sebagai gambaran umum, laut mengalami pasang-surut akibat gaya gravitasi bulan, Bumi, dan matahari. Arus pasang-surut merupakan arus yang bolak-balik sehingga turbin yang digunakan mampu mengantisipasi gerakan ini. Menurut Dr. Ahmad Mukhlis Firdaus, turbin yang memanfaatkan arus pasang-surut harus memiliki kisi turbin yang khusus. Salah satu pemanfaatan tidal stream energy adalah dengan tidal barrage (Gambar 1) yang sistem kerjanya mirip turbin pada PLTA. Selain menggunakan tidal barrage, dapat digunakan turbin-turbin jenis lain dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. 

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh narasumber, terdapat kurang lebih 12 lokasi di Indonesia yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi arus pasang-surut. Sebagai contoh, salah satu lokasi yang potensial adalah di Selat Lombok dan Selat Badung. Menurut pembicara, membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk merealisasikan proyek-proyek tersebut. Diperlukan pertimbangan mulai dari faktor ekonomi sampai faktor AMDAL. Hal lain yang perlu dipertimbangangkan adalah terjadinya perubahan arus air laut akibat perubahan iklim dan gangguan lain dari infrastruktur turbin yang dibangun.

Setelah pembahasan mengenai tidal energy, pemateri membahas offshore wind energy (energi angin lepas pantai). Turbin lepas pantai (Gambar 2) dapat mengatasi permasalahan polusi suara yang mengganggu masyarakat jika diletakkan di daratan. Selain itu, kinerja dan efisiensi dari turbin lepas pantai relatif lebih tinggi dibandingkan dengan turbin di daratan. Hal ini disebabkan oleh kecepatan angin di lepas pantai yang belum ada gangguan. Sayangnya, potensi energi angin lepas pantai tidak terlalu besar. Beberapa lokasi yang memiliki potensi cukup baik adalah lautan di sebelah selatan Pulau Jawa.

Floating wind: what are the mooring options? | Energy Global

Gambar 2. Desain Turbin Lepas Pantai (International Renewable Energy Agency, 2016)

Menurut pemateri, sumber energi yang lebih berpotensial adalah energi surya. Akan tetapi, energi surya di Indonesia juga kurang masif. Untuk mengatasinya, dapat dibuat sebuah sistem terintegrasi pembuatan panel surya di atap-atap perumahan penduduk. Solusi lain yang ditawarkan adalah pembuatan floating solar panel (panel surya apung) yang dipasang di laut. 

Teknologi terakhir yang diperkenalkan oleh narasumber adalah ocean energy thermal conversion (OTEC). Teknologi ini memanfaatkan perbedaan temperatur antara permukaan air laut dan dasar laut. Umumnya, temperatur di dasar laut adalah sekitar 4℃ dan di permukaan laut, terutama di daerah tropis, dapat mencapai 30℃. Perbedaan suhu yang cukup signifikan tersebut biasanya dapat dicapai pada kedalaman 500 meter di bawah permukaan laut. Salah satu proyek OTEC yang sedang dikembangkan terletak di Hawaii, Amerika Serikat. Beberapa tipe OTEC yang dipaparkan oleh narasumber adalah sistem terbuka (open cycle), sistem tertutup (close cycle), dan sistem bauran (hybrid cycle). Secara umum, teknologi OTEC memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Walaupun demikian, konstruksinya yang kompleks membuat OTEC sulit untuk dikembangkan.

Gambar 3. Peta Perbedaan Temperatur yang Mengilustrasikan Potensi OTEC di Indonesia yang Tinggi

Setelah pemaparan oleh Dr. Ahmad Mukhlis Firdaus, sesi tanya-jawab juga dipenuhi oleh antusiasme dari Sobat Bincang Energi. Beberapa pertanyaan Sobat Bincang Energi seputar strategi pembangunan infrastruktur pemanfaatan energi laut, teknologi yang cocok untuk Indonesia, dan dampak penerapan air laut sebagai energi listrik, sudah dijawab dengan baik oleh narasumber.

Pada akhir sesi diskusi, Dr. Ahmad Mukhlis Firdaus menyampaikan bahwa potensi energi laut di Indonesia sangat besar. Energi laut merupakan sumber energi di masa depan. Ketika negara Indonesia menginginkan mandiri energi, masyarakat juga harus mampu mandiri secara individual dan bersedia berhemat energi. Ketika komunitas bisa berubah, maka regulasi dapat mengikuti dengan sendirinya.

Dengan berakhirnya RuBEn #6 bertopik “The Development of Marine Renewable Energy”, diharapkan Sobat Bincang Energi menambah wawasan dan meningkatkan kepedulian mengenai energi terbarukan, terutama energi terbarukan dari laut. Untuk lebih jelasnya, yuk, tonton kembali tayangan ulang RuBEN #6!

Sampai jumpa di acara Bincang Energi selanjutnya! Salam Energi Berkelanjutan!

Daftar Pustaka

Takenouchi, K., Okuma, K., Furukawa, A. and Setoguchi, T., 2006. On applicability of reciprocating flow turbines developed for wave power to tidal power conversion. Renewable Energy, 31(2), pp.209-223.

International Renewable Energy Agency (IRENA). 2016. Floating Foundations: A Game Changer for Offshore Wind Power. Retrieved from https://www.irena.org/-/media/Files/IRENA/Agency/Publication/2016/IRENA_Offshore_Wind_Floating_F oundations_2016.pdf

Materi Webinar Lainnya

EPISODE LAINNYA

 

FOLLOW AND SUBSCRIBE
Episodes

RuBEn #6 | The Development of Marine Renewable Energy

oleh Bincang Energi time to read: 4 min
0