Ruang Bincang Energi (RuBEn) kembali hadir ke hadapan Sobat Bincang Energi pada hari Minggu, 27 Maret 2022 yang lalu. Pada RuBEN kali ini, diangkat topik ā€œFOSTER (Forest and Water) as Potential Energy for National Electricityā€ dengan pembicara-pembicara yang sangat mumpuni dan ahli di bidangnya masing-masing. Pembicara pertama adalah Kak Verena Puspawardani selaku Co-Founder Hutanitu.id. Pembicara kedua adalah Kak Imam Teguh Islamy selaku Founder dan CEO AGEV. Pembicara ketiga adalah Bapak Jaya Wahono selaku President Director Clean Power Indonesia. Pembicara keempat adalah Bapak Afrizal Faisal Ali selaku praktisi EBT. Pembicara kelima adalah Kak Vivi Fitriyanti selaku Research Assistant di Purnomo Yusgiantoro Center (PYC). Acara yang berlangsung selama dua jam ini dipandu oleh Kak Rika Marantika dan Kak Mada Sophianingrum selaku moderator.

Pembicara 1: Verena Puspawardani [Skip to 12:44]

Pemaparan materi pertama oleh Kak Verena Puspawardani dimulai dengan pembahasan mengenai aktivitas yang dimiliki oleh Komunitas Hutan Itu Indonesia (HII), di mana salah satu aktivitas unggulannya bernama adopsi hutan. Kegiatan adopsi hutan tersebut telah dilakukan di berbagai hutan desa di Indonesia guna menjaganya dari aktivitas penebangan. Inspirasi HII untuk menggerakan program adopsi hutan berasal dari suatu desa di wilayah Bengkulu bernama Desa Lemo Nakai. Berdasarkan penuturan pembicara, desa tersebut telah memiliki tradisi adopsi pohon sejak dahulu kala. Para leluhur di Desa Lemo Nakai telah mewariskan hutan desanya dari generasi ke generasi untuk dijaga dengan kearifan lokal. Hutan desa di Lemo Nakai ini memiliki beragam jenis spesies tumbuhan seperti Raflesia Arnoldi yang merupakan spesies endemik di Hutan Sumatera kawasan primer dan sekunder. Aktivitas jaga hutan ini memiliki manfaat yang sangat banyak salah satunya adalah ketersediaan debit air yang stabil dari kawasan hutan. Debit air yang dihasilkan oleh sungai hutan dapat difungsikan untuk membangkitkan energi terbarukan yang manfaatnya juga dapat dirasakan kembali oleh masyarakat lokal untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Melalui kampenya jaga hutan ini, terdapat total 40 juta orang telah berpartisipasi dalam gerakan adopsi hutan. HII berfokus pada gerakan kampanye untuk melakukan adopsi hutan serta berkolaborasi dengan mitra lokal seperti KKI Warsi dan komunitas desa untuk mengeksekusi aktivitas jaga hutan tersebut.

Pembicara 2: Imam Teguh Islami [Skip to 32:20]

Pemaparan materi kedua disampaikan oleh Kak Imam Teguh Islamy yang dimulai dengan pembahasan mengenai profil AGEV sebagai start-up yang bergerak di bidang pengelolaan sampah dan energi terbarukan. AGEV berfokus pada solusi pengelolaan sampah secara end-to-end yang diintegrasikan dengan teknologi digital untuk meningkatkan nilai sampah sebagai sumber daya terbarukan. AGEV mengkolaborasikan berbagai sumber penghasil sampah seperti rumah tangga, supermarket, rumah sakit, hingga industri skala besar melalui pendataan secara digital. Konsep desentralisasi turut dikembangkan oleh AGEV guna memudahkan konektivitas energi listrik kepada konsumen, di mana prioritas pengembangan energi terbarukan ini diperuntukkan bagi masyarakat yang berada di daerah tertinggal. Pembicara menerangkan bahwa feasibility study adalah suatu kewajiban yang perlu dilakukan untuk menganalisis supply chain antara sumber limbah dan power plant yang meliputi lokasi, geografi, transportasi dan ketersediaan teknologi. Selain diolah menjadi energi listrik, peluang pemanfaatan limbah menjadi produk terbarukan yang bernilai tinggi seperti maggot, bubuk chitosan, filter air, bio-charcoal, kosmetik, plastik PET, material bangunan, dan kebutuhan lainnya juga tengah dikembangkan pihak perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah dari limbah sebagai sumber daya terbarukan.

Pembicara 3: Jaya Wahono [Skip to 53:07]

Pemaparan materi ketiga oleh Bapak Jaya Wahono dimulai dengan pembahasan mengenai kondisi ketidakmerataan ketersediaan listrik di Indonesia. Ironisnya, Indonesia memiliki potensi energi yang besar, namun ketersedian listrik masih sangat terbatas. Hal ini diakibatkan dari kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan, di mana akses dan konektivitas listrik masih menjadi tantangan. Ketidakmerataan listrik di Indonesia membuat kesejahteraan masyarakat juga tidak merata, pasalnya saat ini banyak kegiatan ekonomi yang bergantung pada kehadiran listrik. Sayangnya, biaya untuk membangkitkan listrik di daerah tertinggal terbilang masih cukup mahal. Percepatan pembangunan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm) dapat dijadikan sebagai solusi yang berkelanjutan untuk menyediakan listrik di seluruh kepulauan di Indonesia dengan memanfaatkan hasil hutan. Sebagai contoh PLTBm telah terbukti efektif untuk mengaliri listrik bagi ribuan kepala keluarga di Desa Saliguma, Sumatera Barat. Biomassa dinilai cocok untuk menggantikan energi dari diesel yang relatif lebih mahal. Selain itu, manfaat dari adanya PLTBm antara lain ialah menciptakan lapangan perkejaan baru, memungkinkan lahan terestorasi, pasokan listrik meningkat, emisi karbon menurun, dan ketersedian listrik yang berkelanjutan untuk seluruh wilayah di Indonesia.

Pembicara 4: Afrizal Faisal Ali [Skip to 01:16:53]

Pemaparan materi keempat oleh Mas Afrizal Faisal Ali dimulai dengan pembahasan menegenai profil pengembangan energi terbarukan dan Net Zero Emission dari tahun ke tahun yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat. Solar PV dan angin masih menjadi energi terbarukan yang mendominasi. Berdasarkan pernyataan dari LUT university diprediksikan bahwa pada dekade ini penggunaan sumber daya terbarukan akan mencapai 100%. Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah ruah dengan segenap tantangan dan peluang yang ada. Pengembangan small-scaled prototype juga cukup banyak dilakukan seperti teknologi pemanfaatan energi gelombang laut yang kapasitasnya selalu meningkat. Banyak negara-negara seperti China, Portugal, Tasmania dan Harbour yang telah memanfaatkan energi dari gelombang laut untuk menghasilkan energi listrik yang besar. Energi dari gelombang laut dinilai sebagai peluang yang baik di mana Indonesia memiliki garis pantai yang panjang. Peluang hydropower di Indonesia juga besar, di mana Asia Pasifik memiliki potensi energi sebesar 5,500 TWH sehingga akan menjadi hal yang sangat luar biasa apabila bisa direalisasikan. Walaupun penggunaan hydropower membutuhkan biaya yang cukup besar, namun tidak dapat dipungkiri bahwa di masa depan renewable energy akan menjadi primadona bagi sektor investasi.

Pembicara 5: Vivi Fitriyanti [Skip to 01:36:16]

Pemaparan materi kelima oleh Kak Vivi Fitriyanti yang dimulai dengan pembahasan kebijakan pengelolaan energi nasional, di mana Indonesia telah memiliki berbagai undang-undang untuk membangun ketahanan energi nasional. Untuk realitanya sendiri, konsumsi energi secara sektoral masih didominasi oleh energi fosil, sedangkan bauran EBT baru mencapai 11,5%. Untuk mempercepat transisi energi, maka dibentuk skenario di mana pada tahun 2060 Indonesia ditargetkan akan mencapai 100% EBT di berbagai sektor seperti trasporatasi, rumah tangga, industi dan pembangkit listrik. Pemanfaatan energi biomassa dari lignoselulosa dinilai lebih baik dibandingkan biomassa lain dari sektor pertanian, sebab tidak akan terjadi kompetisi dengan ketahanan pangan serta ketersediaannya melimpah di muka bumi. Potensi pemanfaatan bioenergi di Indonesia terbilang cukup besar yakni mencapai 32,654 MW dan terdapat sekitar 1 MW bioenergi yang telah terutilisasi. Tantangan secara ekonomi, sosial dan teknologi dari pemanfaatan energi biomassa juga perlu dipertimbangkan. Pengembangan teknologi, peningkatan keekonomian dan perkuat kebijakan juga perlu ditekankan untuk mempercepat pengembangan biomassa.




Materi Webinar Lainnya

EPISODE LAINNYA

 

Tagged: ,
FOLLOW AND SUBSCRIBE
Episodes

RuBEn #13 | FOSTER (Forest and Water) as Potential Energy for National Electricity

oleh Bincang Energi time to read: 4 min
0