Pembangunan masa kini seakan memaksa alam untuk terus bekerja semaksimal mungkin tanpa memperhatikan nilai pelestarian di dalamnya.. Apabila dilakukan terus-menerus tanpa adanya transisi menuju lingkungan hijau, dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan. Berawal dari hal ini, International Labour Organization (ILO; Organisasi Buruh Dunia) kemudian merekomendasikan pentingnya lapangan kerja yang juga berorientasi pada pelestarian lingkungan. Hal ini tidak serta-merta timbul begitu saja. ILO juga mengkhawatirkan hal yang sama: memburuknya kualitas lingkungan. 

Perubahan iklim bukan lagi sekadar dongeng atau lagu lama, melainkan menjadi ancaman nyata bagi seluruh penduduk dunia. Skenario terburuknya, kerusakan iklim akan sangat mempengaruhi perekonomian negara-negara di dunia. Tentu saja, para pemangku kebijakan tidak tinggal diam akan hal ini, melalui kebijakan ILO tadi, muncullah istilah green jobs. Lantas, apa sebenarnya green jobs itu? Bagaimana peluangnya di Indonesia? Lalu, apakah green jobs ini hadir tanpa resiko?

Sneak Peek Green Jobs: Dari Pengertian, Ruang Lingkup, hingga Eksistensi

ILO merilis pernyataan bahwa green jobs merupakan pekerjaan yang berbasis lingkungan. Berbasis lingkungan tidak hanya berada dalam lingkup lingkungan, namun juga pekerjaan yang layak dan memiliki kontribusi bagi pelestarian atau pemulihan lingkungan. Lebih lanjut, green jobs juga merupakan pekerjaan ramah lingkungan yang bertujuan menanggulangi tantangan global berupa ancaman kerusakan lingkungan. 

Tujuan green jobs secara sederhana mendukung program pemerintah yakni memaksimalkan upaya sumber daya dan membangun masyarakat berkelanjutan yang rendah karbon. Selain itu, ILO juga menyebutkan bahwa green jobs akan membantu meningkatkan efisiensi energi dan bahan baku, serta membatasi emisi gas rumah kaca. Tak sampai di situ, green jobs juga meminimalkan limbah dan polusi, dan diharapkan mampu melindungi serta memulihkan ekosistem. 

Seperti namanya, green jobs memiliki ruang lingkup pekerjaan yang cukup luas. ILO juga menjelaskan beberapa bidang pekerjaan yang dapat dikategorikan sebagai pekerjaan yang berpotensi mengurangi krisis iklim. Pekerjaan-pekerjaan tersebut seperti pekerjaan dalam bidang konstruksi hijau, daur ulang dan pengelolaan limbah, transportasi umum, suplai dan efisiensi energi, pelestarian biodiversitas dan ekosistem, pekerjaan di bidang pertanian, produksi pangan berkelanjutan, bahkan pekerjaan di sektor energi berkelanjutan.  

Semua jenis pekerjaan ini dikategorikan ILO sebagai pekerjaan yang diharapkan mampu membantu mengurangi krisis iklim dengan berorientasi pada keberlangsungan dan kelestarian lingkungan. Penerapan green jobs di negara berkembang dan sedang berkembang juga mencakup lapangan pekerjaan bagi para manajer, ilmuwan, dan teknisi. Selain itu, berbagai pihak dapat memperoleh manfaat dari mereka, seperti kalangan remaja, petani, penduduk desa, dan penduduk perkampungan miskin.

Di tingkat perusahaan, green jobs dapat menghasilkan barang atau menyediakan jasa yang bermanfaat bagi lingkungan, misalnya bangunan hijau atau transportasi bersih. Namun, hasil dari green jobs (produk dan layanan) ini tidak selalu didasarkan pada proses dan teknologi produksi hijau (berorientasi lingkungan). Oleh karena itu, pekerjaan ramah lingkungan juga dapat dibedakan dari kontribusinya terhadap proses yang lebih ramah lingkungan. Misalnya, pekerjaan ramah lingkungan dapat mengurangi konsumsi air atau meningkatkan sistem daur ulang. Namun, pekerjaan ramah lingkungan yang didefinisikan melalui proses produksi tidak serta merta menghasilkan barang atau jasa lingkungan.

ILO mengilustrasikan pekerjaan di beberapa sektor yang beririsan melalui sebuah diagram. ILO juga menambahkan bahwa bagian yang termasuk dalam area bergaris merupakan pekerjaan yang ramah lingkungan. 

Gambar 1. Diagram Jenis Pekerjaan yang Berorientasi Lingkungan oleh ILO

Lantas, bagaimana eksistensi green jobs khususnya di Indonesia saat ini? Penciptaan lapangan kerja hijau di Indonesia sejatinya memiliki potensi yang besar. Hal ini didukung oleh komitmen pemerintah Indonesia yang mulai beralih ke pembangunan rendah karbon dan berkelanjutan sehingga berimbas pada masa peralihan tenaga kerja di Indonesia. Prakarsa ini kemudian memicu meningkatnya permintaan akan tenaga kerja baru yang terampil, program-program pelatihan ulang, dan perlindungan sosial serta bantuan keuangan, terutama bagi para pekerja dan usaha-usaha yang paling rentan. Proyek green jobs di Asia mulai dilaksanakan di Indonesia sejak Agustus 2010 dalam jangka waktu dua tahun hingga Juli 2012. Proyek ini didukung oleh Pemerintah Australia melalui Kemitraan ILO-Australia.

Sejalan dengan cita-cita pemerintah ini, tak heran apabila sekarang green jobs seakan menjadi tren baru di Indonesia dan cukup digandrungi oleh banyak generasi. Mulai dari generasi muda/milenial, hingga para pekerja dari sektor negeri maupun swasta. Mereka beramai-ramai melakukan adaptasi dengan mempelajari banyak disiplin ilmu baru yang didasari pada pelestarian lingkungan. Hingga kini, keberadaan green jobs sudah hidup berdampingan dengan pekerjaan pada umumnya. Generasi milenial yang tinggal di perkotaan misalnya, dapat menjajal urban farming sebagai langkah awal dalam berpartisipasi di dunia green jobs. 

Green Jobs: Solusi Berbalut Tantangan

Lalu, apakah pekerjaan yang digaungkan dapat menyembuhkan krisis iklim ini hadir tanpa resiko? Adanya tuntutan bahwa green jobs diharapkan dapat berdampak positf terhadap lingkungan dan perubahan iklim, tetapi disaat bersamaan juga harus memenuhi permintaan energi yang meningkat serta tercapainya penghidupan yang layak, dapat dibayangkan bahwa tantangan green jobs tidaklah mudah.  Tantangan ini terutama ada pada upaya perwujudan green economy dengan penyiapan SDM yang mumpuni untuk implementasi green jobs. 

Titik berat penerapan green jobs juga terletak di rendahnya pemahaman masyarakat akan aspek green jobs itu sendiri. Apabila masyarakat mampu meningkatkan kesadaran dan stimulusnya akan pentingnya green jobs, bukan sebuah kemustahilan apabila green jobs menjadi alternatif terbaik dari krisis iklim saat ini. Kendati demikian, pemerintah atau pemangku kebijakan juga sebaiknya mempersiapkan regulasi yang sesuai agar penerapan green jobs di Indonesia semakin berjalan dengan baik. 

Tantangan lain semakin nyata tatkala penerapan green jobs di lapangan masih ada yang belum sesuai fitrahnya. Hal ini berarti, apa yang dilakukan di lapangan belum sepenuhnya berorientasi pada pelestarian lingkungan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dikarenakan kesadaran masyarakat akan transisi energi menuju energi terbarukan masih rendah. 

Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan tersebut, generasi milenial berpeluang emas dalam menciptakan momentum untuk mengambil alih pengembangan green jobs di Indonesia. Dengan demikian, generasi milenial diharapkan mampu mengedukasi hingga menciptakan lapangan pekerjaan yang layak dan berkontribusi pada pelestarian alam di Indonesia. Untuk itu proses sosialisasi dan pendalaman pemahaman akan green jobs sebaiknya dimulai sejak dini. Dengan begitu, anak-anak yang beranjak dewasa akan mulai memahami betapa pentingnya menjaga lingkungan, sehingga ketika beranjak usia matang, mereka tahu dan dapat berlaku bijak dalam menjaga lingkungan sekitar. Proses pendidikan lingkungan dapat dimulai dari silsilah keluarga terkecil; hal ini bisa dimulai dengan memberikan stimulus kepada anak bahwa lingkungan merupakan titipan yang harus dijaga, bukan dirusak. 

Daftar Pustaka

Coaction Indonesia | Collaborate Advocate Breaking Barriers. 2021. Green Jobs, Peluang Kerja di Tengah Era Adaptasi Kebiasaan Baru. [Daring] 

Dewi, R., & Ma’ruf, A. 2017. Analisis Penciptaan Green Jobs (Pekerjaan Hijau) di Indonesia Menggunakan Model Skenario Investasi Hijau. Journal of Economics Research and Social Sciences, 1(1), 53-64.

International Labour Organization. 2016. What is a green job ?. [Daring]

Tagged: ,
LATEST POSTS
FOLLOW AND SUBSCRIBE

Green Jobs: Jembatan Pelestarian Lingkungan Masa Depan

oleh Suti Sri Hardiyanti time to read: 4 min
0