RuBEn kali ini membawa tema dengan judul “The Future of Electronic Vehicle Technology”. RuBEn ini terbagi ke dalam dua sesi, yaitu webinar dan talkshow. Banyak pembicara berpengalaman dan profesional dalam bidangnya hadir dalam RuBEn kali ini:

Webinar diawali oleh Bapak Agung Wicaksono selaku dosen ITB. Tema yang dibawakan beliau dalam RuBEn kali ini adalah Kebijakan dan Pengembangan EV oleh BUMN dan BUMD. EV sudah menjadi tren dan harus terjadi dalam skala internasional. Diperkirakan pada tahun 2030, 50% mobil akan menjadi EV di negara tertentu seperti China.

Lalu, bagaimana dengan di Indonesia? Pemerintah telah membuat PP (Peraturan Presiden) No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Listrik Berbasis Baterai. Hal ini guna menekan defisit transaksi berjalan. Strategi yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah untuk mendorong korporasi, yaitu BUMN untuk berfokus kepada baterai. Saat ini Indonesia telah memiliki holding perusahaan pabrik baterai listrik atau Indonesia Battery Corporation (IBC) yang dimiliki oleh 4 BUMN, yaitu Mining and Industry Indonesia (MIND ID), PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), dan PT Aneka Tambang (Antam) Tbk.

Sejak 2019, Jakarta memiliki aspirasi untuk mendorong kendaraan listrik untuk angkutan umum. Pra-uji coba dan regulasi telah dilakukan juga sejak tahun 2019. Setelah uji coba tersebut, Jakarta memiliki visi untuk menuju 100% bus listrik di Jakarta pada tahun 2030. Saat ini, sudah terdapat 30 bus listrik yang dimiliki oleh Mayasari Bakti untuk Transjakarta. Selain itu, terdapat beberapa teknologi charging yang dapat kita klasifikasikan. Mari kita mengambil  contoh dari Shenzhen, China dimana menggunakan overnight charging; di Helsinski, Eropa menggunakan opportunity charging dimana charging dilakukan di atap bus ketika berada di halte-halte. Manfaat yang dapat diambil dari bus listrik adalah bahan bakar akan lebih murah 60% kalinya dibanding bahan bakar solar. Namun, harga kendaraannya sendiri masih cenderung lebih mahal dibandingkan bus konvensional.

Sesi kedua diisi oleh Prof. Evvy Kartini dari NBRI yang membawakan tema lebih lanjut mengenai baterai pada EV. NBRI merupakan institusi yang berfokus pada pengembangan baterai. Baterai dapat dijadikan sebagai key technologies untuk mewujudkan Paris Agreement dan SDG. 

Pembahasan dilanjut dengan mendalami baterai lithium. Baterai ini ditemukan oleh tiga peneliti, yaitu John Goodenough, M. Stanley Whittingham, dan Akita Yoshino. Kenapa harus lithium dibanding sodium? Lithium merupakan material yang ringan. Nikel dapat dikatakan sebagai pengganti gasoline karena bahan utama baterai adalah nikel. Sebesar 35 % dari total cost kendaraan listrik merupakan baterai dan diketahui dengan EV, perjalanan dari Jakarta – Bali hanya menghabiskan biaya ongkos sebanyak Rp200.000,00.

Lebih lanjut, bagaimana strategi indonesia menghadapi demand nickel ini? Indonesia merupakan negara dengan Nickel Reserves tertinggi di dunia. Untuk itu,  Indonesia harus menjadi pemain utama dalam pengembangan baterai.  

Materi ketiga dibawakan oleh Bapak Alief Wikarta selaku Dosen Teknik Mesin ITS. Pada sesi ini, Pak Alief membawakan tema “Selayang Pandang EV di Indonesia”. Presentasi berfokus kepada 4 hal utama dalam penerapan EV di Indonesia yaitu, regulasi, infrastruktur, riset, dan industri. Regulasi sendiri tentunya berkaitan dengan regulasi-regulasi pemerintah, sebagai contoh adalah Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraaan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Selain itu, terdapat Peraturan Menteri ESDM tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik untuk Kendaraan Listrik (SPKLU maupun SPBKLU). Pengembangan infrastruktur berbanding lurus dengan perkembangan charging station, seperti Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum. Aspek riset dikembangkan sebagai contoh adalah tim-tim riset institut dan universitas di Indonesia. Sapuangin ITS Team merupakan salah satu tim riset mobil listrik yang sudah berprestasi hingga kancah internasional. Sektor industri dapat dikembangkan dengan berfokus kepada kebutuhan konsumen (market research, customer research, dan pricing & marketing strategy) dan merk dalam negeri (product development, mass production, dan supply chain).

RuBEn 4 ditutup dengan talkshow dengan Pak Tita Ristanto sebagai Senior Data Scientist Tesla dan Pak Arief Barkah Koesdwiady sebagai AI Innovation Technology Lead di General Motors. Pembahasan dibuka dengan pembahasan terkait kondisi industri EV di Kanada. Secara sisi perusahaan, GE sendiri berkomitmen untuk memunculkan 30 model mobil listrik pada tahun 2030. Kondisi pemerintah sendiri akan memberikan banyak benefit bagi pengguna mobil listrik sehingga semakin banyak orang yang tertarik dengan kendaraan listrik. Pemerintah juga turut membantu dana insentif untuk perusahaan swasta membangun charging station. Rencana yang sedang dilakukan adalah untuk terus menekan production cost dari dari baterai, saat ini juga dikembangkan untuk sistem wireless pada baterai. Guna mempermudah customer dalam menggunakan mobil listrik, kini juga ada certified charging station untuk dipasang dan digunakan di rumah-rumah. Teknologi recycling battery juga sedang dikembangkan. AI juga berperan dalam pengembangan fitur-fitur dalam otomotif sendiri, khususnya EV. Range anxiety menjadi salah satu masalah bagi pengguna EV. Estimasi kapan baterai akan habis akan memberikan kenyamanan berkendara bagi pengguna EV. Saat ini juga sedang dikembangkan teknologi untuk mengestimasi tempat yang ingin dituju sekaligus durasi charging time di setiap charging station.


Materi Webinar Lainnya

EPISODE LAINNYA

 

FOLLOW AND SUBSCRIBE
Episodes

RuBEn #4 | The Future of Electric Vehicle (EV) Technology

oleh Bincang Energi time to read: 3 min
0