Halo, Sobat BEn! Episode terbaru Bincang Energi Siaran Terkini (BEST) telah hadir kembali. Bersama Arul dan Meutia, edisi ke-46 BEST menyajikan berita-berita menarik seputar perkembangan energi dan lingkungan yang berasal dari bumi pertiwi maupun mancanegara. Kira-kira, selama dua minggu terakhir ini, ada berita apa saja, ya? 

BEST ke-46 diawali dengan informasi bahwa mulai diperjualbelikannya Solar berjenis B35 sejak Rabu (1/2/2023). Dilansir dari kompas.com, program B35 adalah peningkatan persentase pencampuran bahan bakar nabati ke dalam bahan bakar minyak jenis solar dari 30% menjadi 35%. Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, program B35 merupakan implikasi dari keberhasilan B30 dalam mengurangi impor minyak dan menghemat devisa negara hingga Rp 100 triliun pada tahun 2022. Tahun ini, penyebaran biodiesel tersebut ditargetkan mencapai 13,5 juta kiloliter dan menghemat Rp 161 triliun devisa negara. 

Berita kedua kemudian datang dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang mengklaim pemasangan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) menembus 12,5 gigawatt (GW) sepanjang tahun 2022. Artinya, untuk subsektor EBT, sebesar 14,1% bauran energi primer pembangkit listrik berasal dari EBT. Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan capaian tersebut diikuti dengan penurunan emisi karbondioksida (CO2) sebesar 91,5 juta ton di tahun yang sama. Bauran EBT ditargetkan akan mencapai 23% di tahun 2025. 

Sementara itu, kebutuhan batubara akan diutamakan untuk pemenuhan kepentingan dalam negeri. Tahun 2022, kebutuhan batu bara domestik mencapai 193 juta ton atau 116% dari target yang ditetapkan sebesar 166 juta ton. Di tahun yang sama, produksi batubara sebesar 687 juta ton atau 104% dari target yaitu 663 juta ton. Tahun ini, target produksi batubara mencapai 695 juta ton dengan proyeksi kebutuhan domestik sebesar 177 juta ton. 

Beralih ke mancanegara, datang dari The Rainbow Nation, Afrika Selatan mengalami pemadaman listrik selama 12 jam sehari. Pemadaman tersebut disebabkan oleh krisis energi akut akibat pembangkit listrik tenaga batubara yang telah usang. Ketidakmampuan pemerintah negara Afrika untuk melakukan peremajaan pada pembangkit listrik mereka juga kemudian berdampak pada ketiadaan solar untuk mengoperasikan generator darurat. 

Tahun 2022 menjadi rekor terburuk karena pemadaman listrik bergilir berlangsung selama 205 hari. Semakin memburuk, perusahaan listrik negara Afrika Selatan, Eskom, mengatakan akan memutus lebih banyak aliran listrik karena kerusakan di 11 unit pembangkit listrik. Menanggapi permasalahan tersebut, Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, membatalkan perjalanan ke Davos untuk pertemuan darurat terkait krisis energi dengan Forum Ekonomi Dunia di Swiss. 

Mengutip detik.finance, pembangkit listrik tenaga batubara di Afrika telah digunakan secara berlebihan dan kurang terawat selama bertahun-tahun untuk memenuhi kebutuhan listrik domestiknya. Sayangnya, dua pembangkit listrik terbesar di dunia yang dibangun di Provinsi Limpopo dan Mpumalanga di Afrika Selatan, tidak mampu menyelesaikan masalah ini. Pasalnya, pembangkit ini hanya menghasilkan setengah dari proyeksi kapasitasnya, yaitu 1600 megawatt (MW) karena kerusakan teknis hingga kecelakaan. Eskom telah merugi selama bertahun-tahun dan bergantung pada dana talangan pemerintah. Kerugian tersebut diperkirakan mencapai Rp 10,91 triliun (3/22). 

Kembali ke tanah air, Menteri ESDM, Arifin Tasrif, mengungkapkan bahwa Indonesia kekurangan minyak sekitar 30.000 barel per hari untuk konsumsi dalam negeri. Guna menekan konsumsi minyak, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mendorong konversi listrik pada sektor transportasi. Namun, konversi ini membutuhkan proses yang cukup lama. Pemerintah juga telah memberikan berbagai dukungan berupa insentif untuk sektor hulu migas agar produksi dapat ditingkatkan. Kemudian, kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), Dwi Soetjipto, menyampaikan bahwa investasi hulu migas ditargetkan mencapai USD 15,5 miliar atau meningkat 26% pada tahun 2023. 

Last but not least, Kementerian ESDM melaporkan bahwa realisasi subsidi energi mencapai Rp 157,6 triliun pada tahun 2022 dan menjadi yang tertinggi sejak tahun 2015. Namun, realisasi ini ternyata lebih rendah dari target yang sudah ditetapkan, yaitu Rp 211,1 triliun. Menurut Menteri ESDM, Arifin Tasrif, penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya realisasi subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan penurunan harga minyak mentah dunia. 

Meskipun mengalami penurunan, apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, subsidi di tahun 2022 terbilang cukup besar. Sementara itu, Kementerian ESDM memperkirakan subsidi energi akan mencapai Rp 209,9 triliun pada tahun ini. Di mana, Rp 139,4 triliun digunakan untuk subsidi BBM dan LPG, sementara sisanya, Rp 70,5 triliun digunakan untuk subsidi listrik. 

Sobat BEn, berita kelima tadi menandakan telah berakhirnya BEST edisi ke-46. Namun, jangan khawatir! BEST edisi selanjutnya akan kembali hadir dengan sajian berita-berita yang tidak kalah menarik. 

Tagged: ,
FOLLOW AND SUBSCRIBE
Episodes

Bincang Energi Siaran Terkini | EP-46

oleh Bincang Energi time to read: 3 min
0