Air sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak dulu, kini, dan nanti. Tak mengherankan bila air juga menjadi satu dari lima potensi energi terbarukan terbesar yang dapat dimanfaatkan serta diubah menjadi listrik dan pembangkit listrik. Tentu saja pemanfaatan air ini akan meminimalkan emisi gas rumah kaca seperti pembangkit listrik yang menggunakan tenaga fosil. Potensi air di dunia yang sangat besar ini terbagi menjadi laut, danau, waduk, hingga sungai. Sungai menjadi salah satu komoditi terbesar yang juga menopang eksistensi manusia hingga saat ini. Banyak faktor-faktor kehidupan makhluk hidup -tak hanya manusia- yang bergantung pada aliran sungai. 

Aliran sungai sejak dulu hingga kini masih menjadi favorit untuk memenuhi sandang, pangan, papan manusia. Kini, banyak gerakan-gerakan berbasis lingkungan yang mengedepankan pelestarian sungai. Tanggal 27 September diperingati sebagai World Rivers Day atau Hari Sungai Sedunia dengan harapan awareness masyarakat akan pemeliharaan ekosistem sungai dapat terus dijaga. Oleh karenanya, mulai banyak bermunculan inovasi-inovasi baru yang menggali manfaat sungai jauh lebih dalam. Salah satunya, sungai kini digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Seakan tak habis memberikan manfaatnya, kini sungai juga mulai dijadikan sumber pembangkit listrik yang diklaim jauh lebih ramah lingkungan dan sustainable. 

Energi potensial air yang diubah menjadi energi mekanik oleh turbin dan energi selanjutnya akan menghasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) untuk kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator dengan memanfaatkan ketinggian dan kecepatan air. Berdasarkan dari daya listrik yang dihasilkan, pembangkit listrik tenaga air dibedakan menjadi 

  • Pico Hydro yang menghasilkan 5 kW, 
  • Micro Hydro yang menghasilkan 5-100 kW, 
  • Mini Hydro yang menghasilkan daya di atas 100 kW, namun tetap di bawah 1MW,
  • Bendungan/dam/Large Hydro dengan daya yang dihasilkan sebesar lebih dari 100 MW.

Pembangkit listrik micro hydro mengacu pada pembangkit listrik dengan skala di bawah 100 kW. Indonesia sendiri tidak kehabisan potensi alam yang memiliki banyak manfaat, salah satunya banyak daerah pedesaan di Indonesia yang dekat dengan aliran sungai yang bisa difungsikan sebagai pembangkit listrik micro hydro. Lantas, apa sebenarnya pembangkit listrik micro hydro itu? Bagaimana cara kerja dan implementasinya di Indonesia? 

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) adalah pembangkit listrik berskala kecil (kurang dari 100 kW), yang memanfaatkan tenaga air sebagai sumber penghasil energi. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, PLTMH dapat dikategorikan sebagai sumber energi terbarukan bahkan layak disebut clean energy karena sifatnya ramah lingkungan. Tenaga air berasal dari aliran sungai kecil atau danau yang dibendung dan kemudian dari ketinggian tertentu dan memiliki debit yang sesuai akan menggerakkan turbin yang dihubungkan dengan generator listrik. Apabila jatuhan air semakin tinggi, maka semakin besar pula energi potensial air yang dapat dikonversi menjadi energi listrik. Pembangkit listrik tenaga air merupakan suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator. 

Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro pada dasarnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air saluran irigasi, sungai, atau air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan menghasilkan listrik. Komponen utama PLTMH adalah bangunan pengambilan (intake), pintu intake, kolam pengendap, saluran pembawa (waterway), bak penenang (forebay), pipa pesat (penstock), saluran pembuang (tailrace), turbin, dan generator. 

PLTMH biasanya menggunakan bendungan untuk menaikkan ketinggian muka air. Bangunan bendung pada PLTMH tidak menahan aliran sungai sehingga air sungai masih bisa mengalir dan tidak merusak ekosistem, tidak seperti dam pada pembangkit listrik tenaga air lainnya. Air sungai dibendung untuk kemudian dialihkan ke dalam intake. Bangunan pengambil (intake) ini dibangun memotong aliran sungai dan berfungsi untuk mengarahkan air dari sungai menuju saluran pembawa (headrace channel). Kemudian air akan dibawa menuju bak penenang (forebay) untuk kemudian dialirkan melalui penstock ke rumah pembangkit. Proses ini dilanjutkan dengan memutar turbin yang dikopling dengan generator sehingga menghasilkan listrik. 

Gambar 1. Skema Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikro Hidro (PLTMH)

Mengusung penerapan teknologi yang sederhana dan relatif digunakan menjadi kekuatan dari PLTMH itu sendiri. Jika ingin membandingkan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menghasilkan limbah batu bara, tentu pemilihan PLTMH jauh lebih ramah lingkungan dan minim kerusakan alam. Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikro Hidro juga tidak mengganggu aliran sungai secara signifikan dikarenakan air yang digunakan tidak berubah menjadi bentuk lain yang tidak bisa dimanfaatkan kembali. 

Selain tidak mengganggu keseimbangan alam, biaya pengoperasian dan pemeliharaan PLTMH sangat rendah dibandingkan dengan pembangkit lainnya seperti PLTU dan PLTN. Hingga kini, sudah banyak peneliti-peneliti yang turun lapangan untuk mengkaji lebih dalam mengenai implementasi PLTMH di daerah pedesaan. Masyarakat pedesaan yang kehidupannya erat dengan sumber air seperti sungai juga lebih mudah mengoperasikan cara kerja pembangkit listrik ini. 

Kendati demikian, meski memiliki segudang potensi dan kelebihan, PLTMH juga tetap memiliki beberapa catatan. Hal-hal tersebut seperti keberadaan sumber pembangkit listrik tenaga air ini kebanyakan jauh dari kota, sehingga sedikit membutuhkan biaya pendistribusian alat-alat. Bergantung pada alam membuat PLTMH ini juga rawan kekurangan pasokan air apabila musim kemarau panjang melanda yang kemudian berdampak pada menurunnya kapasitas listrik yang akan diproduksi. 

Oleh karena itu dalam rangka merayakan World Rivers Day, sebagai generasi yang melek akan teknologi baru, selayaknya potensi-potensi besar seperti sungai dijaga sedemikian rupa agar tetap mampu menjadi sumber pembangkit listrik yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Banyak sungai di dunia yang keberadaannya justru terancam, maka dari itu kesadaran publik harus dibangun sedini mungkin melalui proses edukasi sesama. 

DAFTAR PUSTAKA

Koaksi Indonesia. Air sebagai Sumber Energi Terbarukan. 2019. Koaksi Indonesia [Daring] Diakses di: <https://coaction.id/en/air-sebagai-sumber-energi-terbarukan/>

World Rivers Day. About World Rivers Day. 2015. World Rivers Day. [Daring] Diakses di: <https://worldriversday.com/about/> 

Erickson, A.J., Stormwater Treatment: Assessment and Maintenance. 2010. University of Minnesota, St. Anthony Falls Laboratory. Minneapolis, MN

Martiningsih Wahyuni, Herudin, Rifa’i B.A. 2019. Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro di Sungai Ciliman Kabupaten Pandeglang. Vol. V, No. 1, hal. 113 – 119

 

Featured Image Credit

Photo by Jon Flobrant on Unsplash 

Tagged: , , ,
LATEST POSTS
FOLLOW AND SUBSCRIBE

World Rivers Day: Momentum PLTMH sebagai Alternatif Baru

oleh Suti Sri Hardiyanti time to read: 4 min
0