Pada hari Minggu, 19 September 2021 yang lalu, Ruang Bincang Energi (RuBEn) kembali hadir ke hadapan Sobat Bincang Energi. Pada RuBEN #8 ini, mengangkat topik “Green Jobs Series: Energy Service Company” dengan pembicara yang sangat ahli di bidangnya. Beliau adalah Jessica Stephani selaku chief business of officer of AILIMA. Acara yang merupakan kolaborasi antara Bincang Energi dan AILIMA ini dipandu oleh Kak Putu Ayu Narsih selaku moderator.

Pemaparan materi dimulai dengan menceritakan pengalaman beliau yang memang lebih banyak memiliki pengalaman di perusahaan energi. Pengalaman dan ketertarikannya dibidang energi mengantarkan beliau untuk S2 jurusan Renewable Energy & Energy Economic di The University of Auckland. Hal ini juga yang membawa beliau hingga sekarang menjadi chief business of officer of AILIMA.

Pemaparan oleh Kak Jessica Stephani dilanjutkan dengan hal-hal yang melatarbelakangi terbentuknya AILIMA, AILIMA tidak hanya fokus pada geothermal energy namun juga pada energy service. Beliau menyampaikan bahwa tingkat literasi masyarakat Indonesia pada bidang energy masih sangat rendah. Angka renewable energy shares di Indonesia hanya 12,36% dari target yang ditentukan yaitu 23% yang artinya belum mencapai terget. Kemudian dalam kemampuan berinovasi dalam bidang energy Indonesia juga masih menunjukkan angka 37,7 dari 100 yang berarti masih tertinggal jauh dan di bawah rata-rata. Beliau juga mengungkapkan visi yang ingin dibawa AILIMA sendiri adalah ingin memajukan renewable energy di Indonesia khususnya dalam bidang edikasi dan tehnologi.

Kak Jessica Stephani melanjutkan pemaparan mengenai perjalanan proses kerja dari Renewable Energy Business yang terdiri dari 3 rangkaian besar. Pertama Upstream Process yang merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembangunan (manufacturing, construction, operation & maintenance, decommissioning) atau bisa dibilang  energy storage yang biasa disebut dengan industri hulu, yang kedua Midstream Process yaitu transmission atau distribusi jaringan melalui PLN, dan yang ketiga Downstream Process biasa disebut industri hilir yang berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan user atau customer. Beliau menyampaikan bahwa ada dua tipe dalam bisnis geothermal energy, yaitu operator dan energy service. Operator ini adalah badan usaha yang memiliki lisensi untuk mengelola. Sebenarnya semua lisensi itu dimiliki oleh negara tapi ada beberapa lisensi yang diberikan kepada perusahaan untuk melakukan atau mengeksploitasi dari sumber daya tersebut. Contohnya di perminyakan adalah pertamina, total, sevron. kalau di geothermal itu ada sevron, supreme, dan lainnya. Energy service ini seperti kontraktor yang mengerjakan segala sesuatu yang berhubungan dengan operasi itu sendiri. 

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh narasumber instalasi energi terbarukan yang dimiliki Indonesia masih sekitar 10.554 MW. Sebenarnya Indonesia memiliki potensi sumber energi panas bumi terbesar ke 2 di dunia dengan potensi sebesar 29.554 MW namun yang dikembangkan baru 7,21%. Di Indonesia sendiri yang banyak dikembangkan saat ini adalah panas bumi dan air. Narasumber juga memaparkan data rencana pemerintah pada tahun 2050. 

 

Gambar 1. NRE Supply

Dapat dilihat pada gambar diatas bahwa kedepannya Solar, Biomass, Geothermal, Hydro and Biodiessel akan mendominasi. Target di 2050 sekitar 17,5 GW yang akan diterapkan di Indonesia. Tren ini bukan hanya di Indonesia bahkan di dunia dan perusahaan-perusahaan besar di dunia pun sudah mulai menerapkan renewable energy. Untuk kedepannya  renewable energy akan di prioritaskan di dunia. Bahkan di Indonesia sendiri walaupun perkembangannya masih cukup lambat tapi Indonesia sendiri sudah mulai mengejar ketertinggalannya dan dengan optimis mencapai targetnya di 2050.

Selanjutnya narasumber juga membahas tantangan yang dihadapi oleh Indonesia. Pada kenyataannya memang dari tahun 2010 pertumbuhan PLT geothermal setiap tahunnya tidak cukup besar sekitar 7% saja.  Tantangan yang kompleks yang tidak hanya berfokus pada satu masalah namun ke multi-stakeholder, tantangan tersebut dapat dibagi menjadi empat perspektif :

  1. Regulasi
    Peraturan atau support dari pemerintah yang berubah-ubah dalam hal perundang-undangan. 
  2. Financial
    Karena pengembangannya masih sangat baru jadi masih butuh banyak pembelajaran dalam geothermal ini. Apalagi geothermal ini membutuhkan dana yang sangat besar, untuk pengeboran 1 sumur saja membutuhkan biaya sekitar 75 miliar.
  3. Technical
    Dari segi teknikal sendiri data yang dikumpulkan masih belum terintegrasi dan juga masih belum tahu kualitas data apalagi jika membutuhkan data yang sangat penting.
  4. Social Perspective
    Banyak masyarakat yang belum paham apa itu geothermal. Sehingga banyak terjadinya penolakan-penolakan.

Selain membahas tantangan yang di hadapi oleh Indonesia dalam pengembangan geothermal energy narasumber juga membahas langkah-langkah yang perlu dilakukan pemerintah dalam hal percepatan pengembangan geothermal di Indonesia adalah sebagai berikut:

  1. Pengeboran yang di support dari pemerintah
  2. Geothermal fun atau dana-dana yang di support oleh pemerintah
  3. Tarif regulasi dan PPA 
  4. Permits simplifying
  5. Exploration survey & Working Assignment
  6. Innovation Breakthrough
  7. Kapasitas Pekerja (Workforce capability building)

Setelah pembahasan mengenai tantangan dalam menghadapi pengembangan Geothermal Energy pemateri memaparkan bahwa AILIMA telah menggunakan teknologi untuk Geothermal Scale Up. dalam hal ini AILIMA menyediakan tools-tools yang berfokus pada geothermal, geosains hingga engineering. Ketika dihadapkan dengan data yang begitu besar dan masif menggunakan machine. Penyimpanan data pun sangat mudah data akan disimpan di cloud computing sehingga tidak perlu didownload. Serta untuk sarana belajar para calon tenaga kerja untuk mengembangkan wawasan dibidang geothermal.

Pemateri juga memperkenalkan AILIMA sebagai perusahaan karya anak bangsa pertama yang mampu menghadirkan solusi pada permasalahan geothermal dengan menghadirkan software geothermal yang dapat digunakan dan mengharumkan nama Indonesia. AILIMA sendiri berfokus pada tiga hal yaitu teknologi, jasa konsultan dan pengembangan diri melalui jiwa learning. Melalui pemaparan pemateri AILIMA telah mengembangkan software yang bernama Jiwa System yang didalamnya sudah ada berbagai macam aplikasi yang berfokus pada artificial intelligence dan geothermal. Tersedia juga Jiwa Learning yang memfasilitasi anak-anak muda Indonesia untuk menambah wawasan serta experience di bidang geothermal energy.

AILIMA juga mengklaim sudah memiliki 4000 lebih user di Indonesia yang tersebar dari pulau Sumatera hingga Papua, dan di luar negeri yang tersebar dibeberapa negara yaitu Jepang, New Zealand, Iceland, German, Rusia, Turki, dan US. AILIMA juga menjalin kolaborasi dengan 7 Universitas untuk melakukan research dan publikasi. Dalam hal pengembangan diri AILIMA juga berperan dengan membuka 7 situs kursus online. Serta memiliki 6 software geothermal yang tersedia. 

Menurut pemateri AILIMA memiliki perbedaan dengan perusahaan yang lain, berikut perbedaannya:

  1. AILIMA merupakan perusahaan pertama yang mempunyai platform yang terintegrasi dengan teknologi AI, edukasi dan ilmuwan yang ahli dalam bidang geothermal industry.
  2. Berpengalaman. Sudah terbukti memiliki pengalaman yang cukup expert di bagian panas bumi secara khusus.
  3. Memiliki akurasi atau errornya sebesar 1% 

Bagi teman-teman yang ingin mengetahui lebih lanjut dan penasaran dengan AILIMA dan Jiwa System narasumber mengarahkan untuk mengunjungi tautan berikut ini www.jiwa.ailima.co.id. pemateri juga memperkenalkan content edukasi yang disediakan AILIMA melalui akun youtube Jiwa Learning. 

Setelah pemaparan oleh Kak Jessica Stephani, sesi tanya-jawab juga dipenuhi oleh antusiasme dari Sobat Bincang Energi. Beberapa pertanyaan Sobat Bincang Energi seputar Inovasi yang telah dilakukan oleh AILIMA, tantangan yang dihadapi, dampak negatif geothermal energy, potensi geothermal energy di Indonesia, Bagaimana memberikan edukasi ke masyarakat, satu sumur dapat menghasilkan berapa MW, peran mahasiswa dalam pengembangan geothermal energy, apakah peraturan menteri SDM tahun 2017-2026 yang mencanangkan mengenai renewable yang digunakan di Indonesia mencapai 22,5% pada tahun 2025 realistis atau tidak, apakah pembangunan pembangkit listrik berbasis geothermal di daerah sudah mempertimbangkan sosial ekonomi bagi masyarakat setempat, bagaimana mematahkan stigma bahwa green jobs hanyalah pekerjaan aktivis dan menjamin kesejahteraan pekerjaannya, apakah PLTP kuli 24 jam dan bagaimana maintenance nya serta teknologi yang digunakan untuk geothermal, bagaimana menangani gas akibat bahaya pengeboran, apakah ada teknisi wanita di geothermal, kecelakaan apa saja yang biasa terjadi dalam pekerja lapangan geothermal energy, sudah dijawab dengan baik oleh narasumber.

Pada akhir sesi diskusi, Kak Jessica Stephani menyampaikan kesempatan karir di AILIMA bagi sobat ben, ada tiga bagian yaitu :

  1. Technology & Consultancy, yang terbagi menjadi Ai (machine learning engineer), ASP.Net Developer, UI/UX Engineer, Reservoir Engineer, Geoscientist.
  2. Business Function, terdiri dari Business Development, E-learning Specialist, Online Marketing, General Affair.
  3. Special Project, terdiri dari Content Creator, Video Editing, Researcher, Voice Over.

Semua kesempatan itu dapat diakses melalui jiwa.ailima.co.id atau email hrd@ailima.co.id. Bisa juga mengikuti berbagai sosial media AILIMA untuk mendapatkan informasi lebih lanjutnya. 

Dengan berakhirnya RuBEn #8 bertopik “Green Jobs Series: Energy Service Company”, diharapkan Sobat Bincang Energi menambah wawasan dan meningkatkan kepedulian mengenai energi terbarukan, terutama energi terbarukan dari panas bumi. Untuk lebih jelasnya, yuk, tonton kembali tayangan ulang RuBEn #8!

EPISODE LAINNYA

 

FOLLOW AND SUBSCRIBE
Episodes

RuBEn #8 | Introduction to Green Jobs Series: Energy Service Company

oleh Bincang Energi time to read: 5 min
0