BEST 48: Inovasi hingga Peluang Investasi Energi Terbarukan
Bincang Energi melalui program-programnya terus berupaya untuk meningkatkan literasi energi di berbagai kalangan, termasuk penggiat energi terbarukan. Kali ini melalui program Bincang Energi Siaran Terkini (BEST) Edisi ke-48 hadir dengan berita-berita segar dan terbaru yang mengulas energi terbarukan selama dua minggu terakhir di tanah air.Â
Berita pertama datang dari Berita pertama datang dari Sili Deng, seorang asisten profesor di Departemen Teknik Mesin di Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang sedang mengeksplorasi cara-cara mengenai membuat bahan untuk transisi energi dengan menggunakan proses pembakaran. Deng memimpin tim peneliti yang mengembangkan model teoritis untuk lebih memahami dan mengontrol sistem pembakaran agar lebih efisien dan mengurangi pembentukan emisi, termasuk partikel jelaga. Menurut Deng, pembakaran mengacu pada proses reaksi kimia bersuhu tinggi yang melibatkan oksigen yang biasanya mengeluarkan cahaya dan panas dalam jumlah besar, dan tidak mengacu secara khusus pada bahan bakar fosil.
Permintaan baterai lithium-ion diperkirakan akan meningkat secara drastis dalam beberapa dekade mendatang seiring dengan pergerakan dunia menuju sumber energi terbarukan. Namun, sebagian besar biaya pembuatan baterai lithium-ion dapat ditelusuri pada pembuatan bahan yang digunakan untuk membuat katoda.
Berita kedua kemudian yang dibawakan oleh duet Damian – Ayuni membahas seputar Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang buka suara perihal ketahanan energi di dalam negeri di tengah perang Rusia dan Ukraina yang belum juga tuntas dan sudah menginjakkan usia satu tahun. Sebagaimana diketahui, Indonesia sebagai net importir minyak dan gas bumi (migas) turut terkena dampak meskipun dampak tersebut tidak secara langsung.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji mengatakan bahwa pemerintah perlu menyiapkan strategi dalam pemenuhan energi nasional baik dalam jangka waktu pendek sampai dengan jangka panjang. Dalam menjaga ketahanan energi nasional, pihaknya menemukan potensi gas bumi yang besar berada di beberapa wilayah Indonesia termasuk Sumatera, Bali, Lombok, Selat Makassar, Maluku, dan Papua. Indonesia mengandalkan negara Arab Saudi dan Nigeria sebagai negara tujuan impor terbesar untuk minyak mentah. Sedangkan, untuk BBM berasal dari negara Singapura dan Malaysia. Kemudian, LPG berasal dari Amerika Selatan dan Arab Saudi.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (Sekjen DEN), Djoko Siswanto menyebutkan Indonesia termasuk dalam kategori yang cukup tahan di Index 6,61, meskipun belum masuk kategori sangat tahan atau indeks 8-10. Jika eksportir energi seperti LPG dan BBM menghentikan pasokannya ke Indonesia, maka krisis energi bisa terjadi di Indonesia. Potensi ini bisa terjadi seiring dengan ketegangan geopolitik, terutama negara-negara penghasil energi. Apalagi saat ini harga komoditas dunia tengah meningkat, dan berpengaruh pada pasokan energi. Djoko menyebutkan mahalnya harga energi pernah membuat subsidi energi menembus Rp 512 triliun. Untuk itu, diperlukan energi alternatif ataupun hilirisasi sebagai upaya substitusi energi.
Tak terasa, duet Ayuni – Damian sampai pada berita terakhir dalam segmen BEST Edisi 48 yakni mengulas seputar Envision Energy yang merupakan salah satu produsen turbin angin terbesar dunia asal China, menjajaki investasi sektor pembangkit listrik tenaga angin di kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Nilai investasinya bahkan hingga Rp9 triliun. Kini mereka sudah berproses izin investasi dari pemerintah daerah. Sebelum melakukan pembangunan fasilitas pembangkit listrik tersebut, mereka sudah melakukan penelitian yang memerlukan waktu hingga 2-4 tahun. Dalam prakteknya, mereka berencana menggunakan kincir angin sebagai roda penggerak utama, untuk menghasilkan energi pembangkit listrik berkekuatan angin tersebut.