Peringatan Hari Perempuan Internasional membawa banyak pesan bagi seluruh kaum perempuan dunia, terlebih di Indonesia. Bukan tanpa alasan tagar #BreaktheBias menjadi tagline dalam peringatan ini. Tak sedikit bias-bias tertentu yang masih melekat erat di benak masyarakat. Satu yang tak bisa diindahkan begitu saja ialah sektor perkembangan energi terbarukan yang masih didominasi oleh kaum laki-laki. Banyak yang berpendapat bahwa sektor transisi energi khususnya merupakan wilayah yang hanya bisa dilakukan laki-laki, tanpa berpikir bahwa kaum perempuan juga memiliki kesempatan dan akses yang sama. 

Padahal, perempuan memegang peranan yang sama pentingnya dengan kaum laki-laki, baik dalam sektor kebijakan/regulasi, maupun pengembangan/inovasi teknologi. Bahkan, peran perempuan sangat penting tatkala mereka mampu menjadi agent of change dalam perubahan perilaku transisi energi. Bagi perempuan, dampak krisis energi dapat meningkatkan beban fisik dan psikologis mereka. Hal ini dikarenakan di Indonesia beban pekerjaan rumah tangga seringkali dipikul oleh perempuan, terutama yang tinggal di pedesaan. Di Indonesia, peran perempuan masih terkait erat dengan peran rumah tangga, membuat perempuan menjadi penentu sekaligus rentan terhadap pengaruh pola konsumsi energi rumah tangga. Sebagai faktor penentu, perempuan berperan penting dalam upaya efisiensi energi dan pengurangan emisi skala rumah tangga, seperti penghematan listrik, air, dan pengurangan sampah rumah tangga.

Bertepatan dengan isu global ini, Bincang Energi kembali hadir dengan segmen Bincang Energi Muda (BEM) ke-16nya pada (18/03) lalu. Segmen terbaru BEM ini menghadirkan Founder @womeninenergy.id; Rinna Sijabat sebagai narasumber. Topik pembahasan pada BEM ke-16 kali ini banyak mengupas peran perempuan dalam mendukung transisi energi. Tatkala disinggung mengenai perkembangan peran perempuan, Rinna berujar bahwa saat ini perempuan sudah banyak mengisi sektor-sektor energi terbarukan. “Figur perempuan yang bergerak di sektor energi sudah banyak lho, seperti contoh adalah Direktur Pertamina sekarang yakni Ibu Nicke Widyawati,” ujar Rinna memberikan contoh. 

Rinna mengakui bahwa masih sedikit kaum perempuan yang terjun langsung dalam bidang Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM). Padahal sektor perkembangan energi banyak dikembangkan melalui keilmuan ini. Namun, Rinna mengungkapkan bahwa hal ini tak seharusnya menjadi penghalang bagi perempuan untuk berkarya di bidang energi. Ia menambahkan bahwa perempuan bisa mengisi lini mana saja yang sesuai dengan kapasitas mereka. “Bahkan banyak sekarang perempuan yang memegang peranan penting seperti penyusun kebijakan/aturan,” tutur Rinna. Tak hanya itu, wanita yang telah berkiprah lama dalam sektor pengembangan energi terbarukan ini juga menambahkan bahwa tak hanya sebagai penyusun kebijakan, perempuan juga bisa mengisi lini-lini lain seperti komunikator, maupun negosiator.. Peran-peran ini menurut Rinna masih belum terlihat dikarenakan masih eratnya bias yang berkembang di masyarakat. Namun Ia banyak mengapresiasi perkembangan yang terjadi di era yang serba canggih sekarang. “Saya senang, sekarang sudah banyak perempuan yang aware sama kondisi energi. Seringan mereka mengingatkan anak-anak mereka tentang mematikan lampu apabila tidak digunakan itu sudah sangat membantu,” tutur Rinna riang. 

BEM edisi 16 tak hanya mengupas bagaimana perkembangan perempuan dalam mendukung transisi energi. Lebih dalam Live Instagram ini juga mengupas bagaimana dampak yang ditimbulkan dari keterlibatan perempuan. Rinna yang merupakan seorang ibu juga menuturkan pendapatnya bahwa keterlibatan perempuan dalam pengembangan sektor energi sangatlah berdampak. Menurutnya peran-peran perempuan, terlebih yang sudah menjadi seorang ibu menjadi krusial lantaran mereka mampu menjadi energy decision maker dan juga energy consumers. Perilaku hemat energi yang diterapkan perempuan ke lingkup keluarganya secara tidak langsung mampu meningkatkan awareness serta literasi energi. 

Dampak yang ditimbulkan dari partisipasi perempuan juga tak tanggung-tanggung menurut Rinna. Founder dari komunitas literasi energi bernama @womeninenergy.id ini berujar bahwa penguatan kaum perempuan dalam sektor energi mampu menciptakan lingkungan yang seimbang serta kondusif. Ia juga menambahkan bahwa kaum perempuan juga mampu memberikan dampak signifikan terhadap kemajuan perekonomian, termasuk yang sering ditemui dalam lingkup keluarga. Terakhir, Rinna juga tak lupa berpesan bahwa sebagai seorang perempuan untuk tidak pernah menganggap remeh akan kemampuan diri sendiri. “Don’t underestimate your valueas a women-, karena kita punya hak dan akses yang sama terhadap kemajuan transisi energi,” tutupnya. 

EPISODE LAINNYA

FOLLOW AND SUBSCRIBE
Episodes

BEM #16 | Peran Perempuan Dalam Mendukung Transisi Energi

oleh Bincang Energi time to read: 3 min
0