The 2030 Climate and Energy Framework
Perubahan iklim yang tengah dihadapi oleh seluruh negara saat ini mengancam seluruh sektor dalam kehidupan manusia. Tingginya emisi karbon yang dihasilkan oleh manusia semakin mempercepat terjadinya krisis iklim. International Energy Agency (IEA) mencatat bahwa lonjakan emisi karbon di dunia tahun ini tengah mencapai angka yang sangat mengkhawatirkan yakni sejumlah 1,5 miliar ton (IEA, 2021). Emisi karbon yang sangat tinggi tersebut disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia dimana sebagian besarnya oleh penggunaan energi berbahan bakar fosil.
Peningkatan emisi karbon global dari tahun ke tahun memunculkan urgensi tersendiri terhadap isu lingkungan. Penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan dikhawatirkan dapat semakin memberikan konsekuensi lebih lanjut terhadap kestabilan iklim di seluruh dunia. Permasalahan mengenai iklim tak hanya berdampak pada sebagian negara saja. Oleh karena itu, dalam menghadapi isu ini diperlukan dorongan yang kuat bagi sejumlah aktor secara bersamaan untuk memukul mundur perubahaan iklim dan menekan angka emisi gas karbon.
Isu ini kemudian menjadi perhatian utama bagi Uni Eropa (UE) selama beberapa tahun belakangan ini. Uni Eropa sebagai aktor regional di kawasan tersebut mulai mengambil tindakan dalam upaya pencegahan krisis iklim. Melalui European Commission atau Komisi Eropa, Uni Eropa mencanangkan sebuah kerangka kerja yang disebut dengan “The 2030 Climate and energy framework” pada bulan Januari 2014. Kerangka kerja tersebut mengusulkan target serta langkah-langkah baru untuk membuat sistem ekonomi dan energi Uni Eropa lebih kompetitif, aman dan berkelanjutan. Kemudian, mencakup target untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan, dan mengusulkan sistem tata kelola dan indikator kerja baru (European Council, 2017).
Kebijakan Uni Eropa terkait dengan energi dan iklim ini juga bersesuaian dengan Treaty on the Functioning of the European Union dalam pasal 191 yang mana berisi bahwa perlawanan perubahan iklim sebagai salah satu tujuan dari kebijakan lingkungan Uni Eropa, dan pasal 194 yang mendorong pembangunan energi terbarukan (Amanatidis, 2019). Tak hanya itu, di bawah Paris Agreement, kerangka kerja tersebut juga bergantung pada Nationally Determined Contributions (NDC) yang mana merupakan suatu rencana mitigasi perubahan iklim yang ditetapkan oleh para pihak secara nasional. Uni Eropa sendiri telah mengajukan NDC pada tahun 2015, menjanjikan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 40% di tahun 2030 mendatang (Kulovesi and Oberthür, 2020).
Negara-negara anggota Uni Eropa yang sebelumnya memiliki ketergantungan terhadap sumber energi berbahan bakar fosil mulai mencari dan menggunakan sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Kebijakan yang diambil Uni Eropa terkait dengan energi dan iklim ini tentu juga berdampak pada penggunaan bahan bakar fossil di berbagai negara anggota Uni Eropa. Dengan demikian rumusan masalah yang diambil pada penelitian ini adalah bagaimana implementasi dari kebijakan “The 2030 Climate and Energy Framework” Uni Eropa terhadap penggunaan bahan bakar fossil di sektor energi tahun 2019-2020?
Implementasi The 2030 Climate and Energy Framework terhadap Penggunaan Bahan Bakar Fosil di Uni Eropa
Uni Eropa sudah sejak lama menaruh perhatian yang besar terkait dengan permasalahan energi dan iklim. Negara-negara anggota Uni Eropa yang didominasi oleh negara-negara industri menjadikan kebutuhannya akan energi menjadi sangatlah tinggi dan dalam pemenuhannya mengakibatkan ketergantungan pada impor. Dengan demikian Uni Eropa mengeluarkan kerangka kerja “The 2030 Climate and Energy Framework” sebagai salah satu kebijakan dalam rangka mengurangi emisi karbon yang terus meningkat dan merespon isu permasalahan lingkungan.
Secara lebih lanjut, implementasi dari “The 2030 Climate and Energy Framework” adalah melalui pendorongan kemajuan seluruh negara anggota untuk memiliki rencana nasional untuk energi yang kompetitif, aman, dan berkelanjutan. Singkatnya, UE mengajak negara anggotanya menuju ekonomi rendah karbon yang menjamin energi yang kompetitif dan terjangkau bagi semua konsumen, berupaya untuk menciptakan peluang baru pertumbuhan dan pekerjaaan serta memberikan keamanan pasokan energi yang lebih besar dan mengurangi ketergantungan impor bagi Uni Eropa. Meskipun memiliki komitmen yang sangat besar terkait pengurangan emisi gas rumah kaca, dalam penerapannya kerangka kerja ini dilakukan dengan cara yang tetap mempertimbangkan realitas ekonomi dan politik yang berlaku serta berdasarkan pengalaman tentang kerangka kebijakan yang ada. Oleh karena itu, UE memberikan fleksibilitas bagi negara-negara anggota dalam melakukan penerapan transisi rendah karbon yang disesuaikan dengan keadaan khusus masing-masing negara, berbagai kebutuhan dan kecenderungan energi yang lebih disukai dalam hal keamanan energi yang tetap memungkinkan masing-masing negara untuk menekankan biaya semaksimal mungkin (European Council, 2014).
Implementasi instrumen “The 2030 Climate and Energy Framework” ini tentunya membawa implikasi baik terhadap negara anggota maupun non anggota Uni Eropa. Kebijakan ini mengikat semua negara anggota UE, masing-masing negara harus memenuhi target penggunaan energi terbarukan seperti yang telah ditetapkan. Dampak dari diberlakukannya perjanjian tersebut adalah secara bertahap mempromosikan energi yang lebih bersih dan terbarukan. Dalam sektor energi, hal ini dapat dirasakan di negara-negara UE dari Januari hingga Juni dimana pemanfaatan energi terbarukan seperti tenaga angin, matahari, hidro, dan bioenergi menghasilkan 40% listrik di 27 negara anggota UE, sementara bahan bakar fosil menghasilkan 34% (Vetter, 2020). Yang mana, adanya penurunaan penggunaaan bahan energi fosil ketimbang tahun tahun sebelumnya.
Selain itu, beberapa negara di Uni Eropa, paling tidak delapan negara, juga mulai menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebelum 2030 guna mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca tersebut. Dibeberapa negara uni eropa menutup pembangkit listrik yang masih menggunakan energi fosil dikarenakan juga imbas Pandemi banyak negara di Eropa yang secara bertahap menghentikan pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara yang berpolusi tinggi untuk memenuhi target pengurangan emisi karbon. Harga listriknya yang rendah di saat pandemi corona membuat beberapa pembangkitnya menjadi tidak menguntungkan dibandingkan yang memakai energi terbarukan (Tobing, 2021).
Dalam kajian politk lingkungan hidup, kebijakan Uni Eropa terkait dengan energi dan iklim ini apabila ditinjau melalui perspektif Thinking Green merupakan salah satu upaya institusi dalam pemeliharaan lingkungan. Sebagaimana asumsi dasar yang dikatakan oleh para pemikir thinking green bahwa krisis atau permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini dapat diselesaikan melalui struktur normatif, sosial, ekonomi, politik yang sudah ada (Keohane, 1993). Melalui Uni Eropa, Isu lingkungan berupa emisi gas dan penggunaan bahan bakar fossil yang berlebihan dapat diselesaikan melalui proses pembentukan kerangka kerja yang berbasis pada etika lingkungan. Tak hanya itu Uni Eropa sebagai suatu organisasi kawasan juga menekankan pada pentingnya membangun kerjasama dan kolaborasi dalam rangka meningkatkan kesadaran komunitas maupun individu yang berada di dalamnya
Kesimpulan
Kebijakan Uni Eropa dalam pengurangan emisi gas karbon dituangkan melalui adanya “The 2030 Climate and Energy Framework”. Kebijakan ini juga sekaligus seabgai upaya Uni Eropa dalam mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil dan menjadikan Uni Eropa sebagai salah satu kawasan yang netral karbon. Kebijakan ini diimplementasi dan disesuaikan dengan kebijakan energi masing-masing negara anggota dalam mencapai tujuan pengurangan emisi gas karbon. Begitu pun dengan dampak dari kebijakan ini, yakni banyaknya negara-negara industri yang mulai menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan mulai beralih ke arah energi yang hemat seperti energi terbarukan seperti tenaga angin, matahari, hidro, dan bioenergi.
Daftar Pustaka
Amanatidis, G. (2019) European policies on climate and energy towards 2020, 2030 and 2050 – Think Tank.
European Council (2017) The 2030 climate and energy framework – Consilium. Diakses di: https://www.consilium.europa.eu/en/policies/climate-change/2030-climate-and-energy-framework/ (Diakses pada 10 Juni 2021).
European Council (2014) The 2030 climate and energy framework – Consilium. Diakses di: https://data.consilium.europa.eu/doc/document/ST-169-2014-INIT/en/pdf (Diakses pada 12 Juni 2021).
European Council (2014) Communication from the Commission to the European Parliament, the Council, the European Economic and Social Committee and the Committee of the Regions A policy framework for climate and energy in the period from 2020 to 2030. Diakses di: https://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/ALL/?uri=celex%3A52014DC0015 (Diakses pada 12 Juni 2021).
IEA (2017) 2030 Climate and Energy Framework. Diakses di: https://www.iea.org/policies/1494-2030-climate-and-energy-framework (Diakses pada 12 Juni 2021).
IEA (2021) Global carbon dioxide emissions are set for their second-biggest increase in history. Diakses di: https://www.iea.org/news/global-carbon-dioxide-emissions-are-set-for-their-second-biggest-increase-in-history (Diakses pada 9 Juni 2021).
Kulovesi, K. and Oberthür, S. (2020) ‘Assessing the EU’s 2030 Climate and Energy Policy Framework: Incremental change toward radical transformation?’, Review of European, Comparative and International Environmental Law, 29(2), pp. 151–166. doi: 10.1111/reel.12358.
Sartor, O. et al. (2014) ‘The EU’s 2030 Climate and Energy Framework and Energy Security’, p. 32. Available at: https://www.iddri.org/sites/default/files/import/publications/cs-iddri-eu-2030-framework_energy-security.pdf.
Tobing, S. (2021) Energi Terbarukan Dominasi Pembangkit Listrik Uni Eropa – Energi Baru Katadata.co.id, Katadata.co.id. Diakses di: https://katadata.co.id/sortatobing/ekonomi-hijau/600e534c658a2/energi-terbarukan-dominasi-pembangkit-listrik-uni-eropa?_ (Diakses pada 12 Juni 2021).
Vetter, D. (2020) European Renewables Just Crushed Fossil Fuels. Here’s How It Happened, Forbes. Diakses di: https://www.forbes.com/sites/davidrvetter/2020/07/23/european-renewables-just-crushed-fossil-fuels-heres-how-it-happened/?sh=7da35df515df (Diakses pada 12 Juni 2021).
Featured Image Credit