Setiap tanggal 5 Juni penduduk di seluruh dunia merayakan hari lingkungan hidup sedunia. Hal ini tentu memiliki tujuan untuk meningkatkan kesadaran penduduk global terkait pentingnya lingkungan hidup yang kita tempati saat ini. Faktanya, kesadaran kita sebagai penduduk yang menempati bumi terhadap upaya pelestarian lingkungan sangat berperan penting dalam upaya pencegahan kerusakan alam. Namun, apakah kesadaran terhadap lingkungan yang kita miliki saat ini sudah bisa dikatakan cukup baik untuk berkontribusi dalam penyelesaian masalah lingkungan secara global?

Berdasarkan kutipan dari Encyclopedia, environmental awareness atau kesadaran lingkungan adalah suatu tingkatan terkait seberapa besar kepedulian dan ketertarikan masyarakat terkait isu lingkungan. Kesadaran terhadap lingkungan dapat bersumber dari kesadaran pribadi dan dapat bersifat menular bagi orang-orang di sekitarnya.

Gambar 1 Kesadaran Lingkungan di Sekitar
Sumber : https://sites.google.com/

Tentu untuk memperbaiki kondisi lingkungan menjadi lebih baik, tidak dapat dilakukan hanya oleh satu atau dua orang saja, melainkan dibutuhkan massa yang banyak untuk memperoleh dampak yang berkelanjutan. Sebagai contoh, berdasarkan data dari Environmental Performance Index 2022, negara-negara yang masuk ke dalam tiga besar Indeks Kinerja Lingkungan tertinggi di dunia terdiri dari Denmark, Inggris dan Finlandia. Data tersebut sejalan dengan data terkait tingkat kesadaran penduduknya terhadap pelestarian lingkungan di negara-negara tersebut. Data dari European Investment Bank 2022, menyatakan hampir 79% Penduduk Denmark telah sadar akan bahaya perubahan iklim dan isu lingkungan sebagai tantangan terbesar di abad ke-21 ini. Persentase tersebut bahkan dianggap lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara eropa lainnya.

Gambar 2 Pemandangan di Denmark 
Sumber : https://borgenproject.org/

Sedangkan, untuk Environmental Performance Index di tahun 2022, Indonesia menempati peringkat ke-164,  bahkan lebih rendah dibandingkan beberapa negara ASEAN seperti laos dan kamboja yang masing-masing berada di peringkat ke-149 dan ke-154. Tentu hal ini menjadi sebuah ketertinggalan besar yang perlu Indonesia kejar, sebab kesadaran dan kinerja lingkungan yang rendah dapat menghambat laju pencapaian SDG (Sustainable Development Goals) di tahun 2030 dan tujuan lainnya yang telah dicanangkan oleh pemerintah untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik bagi masyarakat. 

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kini aksi terhadap upaya pelestarian lingkungan mulai meningkat secara signifikan. Banyak gerakan dan komunitas yang diciptakan untuk mempercepat peningkatan kesadaran lingkungan di masyarakat yang faktanya dapat dimulai dari diri kita sendiri. Sebagai contoh ialah sebuah buku bertajuk “Silent Spring” karya Rachel Carson tahun 1962 yang mengangkat tentang kegelisahannya terkait efek ganas penggunaan pestisida DDT terhadap lingkungan dan kehidupan ekosistem jangka panjang. Walaupun sempat menuai banyak kritikan akibat keberaniannya menentang penggunaan pestisida yang saat itu sedang marak digunakan untuk mengendalikan hama di Amerika, namun akhirnya buku “Silent Spring” yang ia gagas mampu memicu kesadaran masyarakat yang luar biasa dan menciptakan gerakan masif terhadap upaya pelestarian lingkungan yang telah merubah dunia hingga saat ini. Selain Rachel Carson, tentu banyak lagi tokoh-tokoh penggerak lingkungan dari mancanegara yang aksinya dapat memberi efek domino bagi sekitarnya.

Gamabr 3 Buku Silent Spring Karya Rachel Carson Tahun 1962
Sumber : https://www.amazon.com/

Terkait hal tersebut, maka dapat diyakini bahwa kesadaran lingkungan dari satu individu ke individu lain dapat bersifat menular dan memberi efek jangka panjang. Maka dari itu, sebagai negara yang memiliki jumlah pemuda yang surplus, Indonesia membutuhkan peran dari generasi milenial sebagai poros utama dalam peningkatan dinamika kesadaran lingkungan baik di tingkat daerah, nasional hingga global. Aksi yang dilakukan pun dapat sangat beragam disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian yang kita miliki. Jika kalian penulis, maka tuangkanlah kegelisahan kalian tentang lingkungan dalam tulisan-tulisan. Jika kalian guru, maka didiklah para siswa untuk mencintai lingkungan sedini mungkin. Jika kita pengusaha, maka coba terapkanlah nilai-nilai lingkungan dalam kegiatan usaha yang kita miliki. Pada prinsipnya, begitu banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan di sekitar yang dapat dimulai dari diri kita sendiri. Maka dari itu, jangan pernah menyerah untuk berkontribusi bagi lingkungan sekecil apapun, sebab dari upaya-upaya kecil tersebut akan melahirkan kesadaran hingga gerakan lebih besar terhadap pelestarian lingkungan.

Selamat hari lingkungan sedunia!!!

Daftar Pustaka :

Environmental Performance Index. 2022. 2022 EPI Result. https://epi.yale.edu/epi-results/2022/component/epi (diakses 3 Juni 2022)
European Investment Bank. 2022. 79% of Danish people think that climate change and its consequences are the biggest challenge for humanity in the 21st century. https://www.eib.org/en/press/all/2021-399-79-of-danish-people-think-that-climate-change-and-its-consequences-are-the-biggest-challenge-for-humanity-in-the-21st-century (diakses 3 Juni 2022)
IPEHIJAU. 2020. Bagaimana “Silent Spring” Rachel Carson Memicu Gerakan Pelestarian Lingkungan? (Bagian II). https://ipehijau.org/bagaimana-silent-spring-rachel-carson-memicu-gerakan-pelestarian-lingkungan-bagian-ii/ (Diakses 3 Juni 2022)
Aruga, Kanteka. 2020. Environmental Awareness and Individual’s Altruism. https://encyclopedia.pub/entry/2208 (Diakses 3 Juni 2022)
Pachamama alliance. 2022. Environmental Awareness. https://pachamama.org/environmental-awareness#:~:text=Environmental%20awareness%20is%20to%20understand,brighter%20future%20for%20our%20children (Diakses 3 Juni 2022)

Tagged: , , ,
LATEST POSTS
FOLLOW AND SUBSCRIBE

Hari Lingkungan hidup Sedunia : Pentingnya Environmental Awareness (Kesadaran Lingkungan) di Masyarakat

oleh Nadia Alma Prabandari time to read: 3 min
0