Di Indonesia, masalah sampah masih menjadi pekerjaan rumah yang belum dapat terselesaikan. Lebih dari 30 juta ton sampah dihasilkan setiap tahunnya, dan pada tahun 2020 masih ada sekitar 43,56% sampah yang tidak terkelola (SIPSN, 2020). Setiap orang menghasilkan sampah dari aktivitas kesehariannya. Belum lagi, dengan berkembangnya teknologi yang menawarkan kemudahan dalam kegiatan sehari-hari, seperti pesan-antar makanan hingga belanja online. Namun, hal ini menimbulkan konsekuensi peningkatan timbulan sampah. Sampah dari setiap individu ini kemudian diserahkan ke pemrosesan akhir yang menimbulkan masalah baru karena adanya keterbatasan ruang. Pola lama dalam penanganan sampah yang masih memindahkan satu masalah ke masalah yang lebih besar ini tentu perlu diperbaiki.
Bank sampah adalah salah satu upaya dalam mengubah persepsi masyarakat terhadap sampah dengan menjadikan kegiatan pengelolaan sampah masuk ke dalam ekonomi sirkular di masyarakat. Dalam pelaksanaannya, bisnis ini mengedepankan upaya pemberdayaan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Keberadaan bank sampah tentunya memiliki banyak manfaat; di antaranya adalah memberdayakan masyarakat, membantu pemerintah dalam pengelolaan sampah rumah tangga, meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri daur ulang yang lebih baik (dalam keadaan sudah terpilah), dan tentunya menjadikan lingkungan lebih bersih.
Berdasarkan jenisnya, secara umum bank sampah dapat diklasifikasikan menjadi Bank Sampah Induk (BS Induk) dan Bank Sampah Unit (BS Unit). Singkatnya, BS Unit bertugas menjemput sampah dari masyarakat, lalu mengumpulkannya di satu tempat untuk dibeli oleh BS Induk. Kemudian, BS Induk akan bekerjasama dengan industri daur ulang untuk mengolah sampah lebih lanjut. Saat ini, sudah ada 11.567 bank sampah yang tersebar di Indonesia yang terdiri dari 242 Bank Sampah Induk dan 11.315 Bank Sampah Unit.
Bank Sampah Bersinar adalah salah satu BS Induk yang berlokasi di Bale Endah. Berdirinya bank sampah ini dilatarbelakangi oleh keresahan pada kondisi Sungai Citarum yang selalu identik dengan banjir, yang mana salah satu penyebabnya adalah masalah sampah. Sejak tahun 2019, Bank Sampah Bersinar mulai aktif memberikan edukasi dan mengajak masyarakat membangun bank sampah di lokasi tersebut. Dari 1000 titik lokasi yang diedukasi, terbentuk 312 bank sampah unit yang aktif sampai saat ini dengan karakteristik lokasi dan nasabah yang bervariasi.
Membangun bisnis bank sampah tidaklah mudah. Menurut Fei Febri, CEO Bank Sampah Bersinar, di antara kunci yang penting untuk membangun bisnis bank sampah adalah komitmen dan konsistensi. Tidak semua masyarakat yang diberikan edukasi memberikan respon yang baik karena sifatnya yang berupa pemberdayaan masyarakat. Hal ini tentu membutuhkan kemauan dan kemampuan dari masyarakat itu sendiri, berbeda dengan sekadar memberi bantuan. Selain itu, dukungan pemerintah lokal juga sangat dibutuhkan.
Inovasi dan kreativitas juga sangat diperlukan untuk mempertahankan bisnis ini. Seperti yang telah disebutkan, bank sampah merupakan bisnis yang berbasis sosial (mengedepankan edukasi dan pemberdayaan masyarakat). Tujuan utama bank sampah adalah membangun kebiasaan memilah sampah pada masyarakat dengan melibatkan partisipasi aktif dari setiap masyarakat yang menjadi nasabah. Tidak ada tawaran kemudahan dalam mengajak masyarakat untuk berpartisipasi, tidak seperti pada penggunaan aplikasi belanja online atau pesan-antar makanan. Dalam kegiatan ini, masyarakat justru diajak untuk ‘menambah’ pekerjaan dengan memilah sampah sehingga ajakan yang disampaikan pada saat edukasi haruslah menarik bagi masyarakat itu sendiri.
Poin penting lain dalam menjalankan bisnis bank sampah adalah kolaborasi. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, BS Induk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah dari BS Unit, kemudian dijual ke industri daur ulang untuk diolah lebih lanjut. Fei menyebutkan bahwa tidak semua jenis sampah masuk ke satu industri yang sama, namun setiap jenis sampah masuk ke industri yang berbeda-beda. Ada industri yang khusus mendaur ulang plastik, kardus, kertas, atau lainnya. Setiap industri juga memiliki syarat dan ketentuan mengenai sampah yang diterima, seperti kuantitas dan kualitas sampah. Untuk memenuhinya, BS Induk tentu harus dapat mengajak BS Unit atau bekerjasama dengan pengepul untuk memastikan kualitas sampah yang sudah dipilah mencapai kuantitas tertentu untuk mendapatkan harga jual sampah yang tinggi dari industri.
Kemampuan dalam melihat peluang juga sangat diperlukan untuk meningkatkan keuntungan. Meskipun bisnis ini berbasis sosial, keuntungan tetap diperlukan untuk memastikan operasional bank sampah tetap berjalan. Hal ini membutuhkan kreativitas. Sebagai contoh, bank sampah harus mencari jenis sampah yang belum banyak diolah, seperti popok bayi bekas, baju seragam bekas, dan lainnya sehingga menjadi keunikan dan kelebihan. Keunikan ini juga membantu bank sampah yang dikelola untuk tetap bertahan. Hal ini dapat dicapai melalui pemahaman masalah di masyarakat beserta perkembangannya, kemudian berusaha mencari solusinya.
Terkait dengan peluang bisnis, jual beli sampah bukanlah satu-satunya hal yang dapat dilakukan. Ada banyak potensi yang bisa dikembangkan. Beberapa contoh kegiatan lain adalah pengolahan sampah dengan menyediakan mesin pencacah atau incinerator, mengadakan fasilitas workshop, dan sebagainya. Satu hal yang tidak kalah penting adalah profesionalitas dengan cara yang benar dalam memberikan dampak baik pada lingkungan sekitar. Dengan itu, inovasi-inovasi bisnis yang akan dikembangkan menjadi lebih mudah untuk diterima sehingga dapat menghasilkan profit yang lebih tinggi, tidak hanya dari jual beli sampah.
Sekian penjabaran mengenai peluang pekerjaan Bank Sampah yang diulas oleh Fei Febri pada BEM kali ini. Salam Energi Berkelanjutan!
Daftar Pustaka
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional. 2020. SIPSN – Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional. [Daring] (Diakses pada 13 September 2021).