Bincang Energi muda kali ini mengundang Muhammad Rizki Kresnawan sebagai Research Analyst, ASEAN Centre for Energy. ASEAN Centre for Energy (ACE) adalah organisasi antar pemerintah dalam struktur ASEAN yang mewakili kepentingan 10 Negara Anggota ASEAN di sektor energi. ACE sendiri memiliki visi untuk menjadi pusat sebagai katalis pertumbuhan ekonomi dan integrasi kawasan ASEAN dengan memprakarsai dan memfasilitasi kolaborasi multilateral serta kegiatan bersama dan kolektif di bidang energi.

Di dalam ACE sendiri, Rizki sedang mengerjakan sebuah proyek yaitu ASEAN Climate Change and Energy Project. Project ini sendiri dibiayai oleh Ministry of Norwegian Foreign Affairs sebagai jembatan antara dua sektor yang berkerja secara silo. Selain itu, beliau juga berkerja sebagai tim di dalam pembentukan ASEAN Energy of Globe Ke-6, disana beliau membuat report terkait dengan keadaan dan situasi terkait konsumsi energi sejak dahulu hingga proyeksi di tahun 2040. 

Terkait dengan isu climate change, Rizki tentunya membukanya dengan konsep global warming sebagai pemicu beberapa kerusakan di permukaan bumi seperti kenaikan suhu dan ketinggian laut. Tahun lalu, antartika mencetak suhu rekor mencapai 16 derajat celcius. Di lingkup ASEAN sendiri semisal negara kita Indonesia, Climate Centre memproyeksikan pada tahun 2050, sea level rise dapat menenggelamkan jakarta setinggi Monas. Kasus global yang mungkin memprihatinkan terkait dengan isu climate change adalah di US, dimana Texas mengalami mati lampu massal diakibatkan oleh membekunya PLTB sehingga tidak ada suplai energi secara independen. 

Sejalannya terkait isu climate change, ASEAN sudah merencanakan dan mengeksekusi bagaimana menanggulangi agar kondisi tidak memburuk, ASEAN memiliki sebuah konsensus dimana setiap negara harus mencapai target terkait RE Share dan Energy Reduction di tahun 2025, setiap negara harus mencapai target 25% penggunaan energi terbarukan di dalam penggunaan energi pokok dan reduksi energi hingga 30% dibandingkan dengan tahun 2005. Berdasarkan data aktual, sampai dengan akhir tahun 2020 capaian Indonesia masih dalam skala 11% yang mungkin masih sangat jauh dari target yang ada. Oleh karena itu, beberapa usaha yang dapat dilakukan adalah antara lain adalah dengan mencampurkan pemrosesan PLTU dengan Biomass, memaksimalkan potensi PLTS di Indonesia, RUU EBT, dan realokasi dari APBN. 

ASEAN Energy Cooperation memiliki 7 sektor utama yang ingin dikembangkan, pertama, APG (ASEAN Power Grid) merupakan bagaimana interkoneksi energi antar negara di ASEAN, kedua, Trans-ASEAN Gas Pipeline untuk mempermudah distribusi gas antar negara, ketiga, Coal and Clean Coal Technology terkait bagaimana menekan dampak dari energi batu bara, keempat, Energy Efficiency and Conservation, kelima, Renewable Energy, keenam, Regional Energy Policy and Planning terkait bagaimana regulasi yang dapat dipublikasikan, ketujuh, Civilian Nuclear Energy terkait bagaimana kajian-kajian terkait energi nuklir.  

Terdapat beberapa weakness spot dan bagaimana mengembangkannya di dalam energi terbarukan, pertama, bagaimana regulasi yang dapat membantu investor-investor berinvestasi di bidang RE, kedua, RE dapat dibilang mature jika sudah dapat menanggulangi permasalahan intermitensi dari energi terbarukan itu sendiri, ketiga, bagaimana publik bisa melihat RE sebagai prospek dan lifestyle. 

Sepanjang 2020, ACE berhasil mempublikasikan 12 artikel terkait 3 hal. Oil and Gas, keadaan oil and gas sangat terpuruk karena supply yang berlebih namun demand yang kurang. Electricity, secara garis besar keadannya pun juga drop selama masa pandemi dikarenakan tutupnya perkantoran dan industri. Renewable Energy, aspek RE terlihat lebih bertahan dibanding 2 bidang lainnya di masa pandemi, sebagai contoh negara Vietnam pada tahun 2020 memecahkan rekor-rekor terkait dengan EBT dan tidak menutup kemungkinan untuk negara lain berkembang.

Di dalam sesi penutupan, Rizki berpesan kepada pemuda yang khususnya ingin berkontribusi dalam transisi energi. “Sekecil apapun kontribusi yang kita berikan, hal-hal tersebutlah yang nanti akan membawa pada perubahan besar”. 

EPISODE LAINNYA
FOLLOW AND SUBSCRIBE
Episodes

BEM #6 | Akselerasi EBT di Era New Normal: Seberapa Optimis?

oleh Bincang Energi time to read: 2 min
0