“Hutan menjadi identitas utama bangsa Indonesia yang hidup harmonis dengan hutan.” Begitulah Dyah Deviyanti memperkenalkan Hutan itu Indonesia (hutanitu.id) kepada seluruh audiens dalam Live Instagram bersama @bincangenergi 26 November lalu. Selaku Koordinator Proyek Hutan itu Indonesia (hutanitu.id) Ia dengan luwes menjelaskan berbagai perspektif baru mengenai dunia kehutanan, khususnya yang ada di Indonesia.
Pelestarian hutan menjadi suatu urgensi bagi Dyah tatkala dihadapkan dengan kondisi alam di masa kini. Dalam pembahasannya malam itu, Dyah juga sempat menuturkan bahwa Indonesia masih kaya akan potensi hutannya yang sangat banyak. Jika menilik kembali statistik, hasil pemantauan hutan Indonesia pada 2020 menunjukkan bahwa luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 95,6 juta Ha atau 50,9 % dari total daratan, dimana 92,5 % dari total luas berhutan atau 88,4 juta Ha berada di dalam kawasan hutan.
Lebih lanjut dalam Dyah juga menjelaskan dalam bincang-bincangnya mengenai beberapa jenis dan karakteristik hutan yang ada di Indonesia. Hutan hujan tropis menjadi hutan yang paling umum dijumpai di Indonesia. Hal ini disebabkan karena Indonesia mendapat banyak pasokan matahari yang cukup, curah hujan yang tinggi, dan disertai dengan temperatur tinggi pula. Dyah menambahkan hutan ini dapat ditemukan di wilayah Sumatera, Maluku, Papua, hingga Sulawesi.
Pembahasan semakin menarik, tatkala moderator Bincang Energi Muda )BEM) #12, Mada Sophianingrum menyinggung bagaimana peran hutan dalam mendukung potensi energi terbarukan. Pemanfaatan biomassa bisa diperoleh dari tegakan pohon energi atau dari limbah industri kayu yang diolah. Biomassa memiliki kalor yang hampir menyamai batu bara, namun menghasilkan emisi CO2 10 kali lebih rendah. Dyah melanjutkan bahwa pemanfaatan biomassa pada co-firing pembangkit listrik dapat mendukung niat mulia dari clean energy dan renewable energy.
Tak hanya membahas mengenai pentingnya menjaga hutan di Indonesia, Dyah juga menekankan bahwa Hutan itu Indonesia berusaha untuk menghadirkan pemahaman yang lebih kompleks untuk audiens. “Jadi kita harus paham bahwa hutan itu nggak cuma berlaku sekarang, tapi di kemudian hari juga,” tekan Dyah.
Dyah berpandangan bahwa hutan memiliki begitu banyak pesona yang sayang untuk dilewatkan begitu saja. Hutan juga sudah menyajikan begitu banyak manfaat yang mampu menunjang kehidupan manusia. Hal ini hadir dalam bentuk-bentuk keanekaragaman hayati dalam hutan yang masih terjaga keasliannya hingga sekarang. Tak hanya biodiversity dalam hayati, Dyah juga menjelaskan bahwa hutan tak hanya berisikan kumpulan hewa, dan tumbuhan. Melainkan hutan juga menyajikan budaya yang begitu kaya, terlebih jika ditelusuri lebih jauh ke penduduk-penduduk lokal.
Kendati melanglang buana mengkampanyekan pentingnya keberadaan dan pelestarian hutan, Dyah juga menemui serangkaian tantangan dalam mewujudkan visi dan misi dari Hutan itu Indonesia. Sebagai koordinator proyek hutanitu.id yang menghandle seluruh kegiatan kampanye, Dyah bertanggung jawab dalam menggaet audiens agar semakin mampu memahami pentingnya keberadaan hutan.
Ia mulai dengan berbagai pelaksanaan kegiatan, seperti konser bersama artis-artis ternama, cover song, hingga event-event langsung yang bersinggungan dengan pemanfaatan dan pelestarian hutan. Kampanye jaga hutan, konsumsi hasil hutan, adopsi hutan, hingga cerita dari hutan merupakan sederet aksi nyata yang dilakukan oleh hutanitu.id.
Terakhir, Ia berpesan kepada seluruh audiens Bincang Energi dan Hutan itu Indonesia bahwa penggunaan air yang diminimalisir dapat menyelamatkan bumi dan alam dari kepunahan. “Kita bisa memilih dari hal terkecil seperti memilih makanan yang pro terhadap hutan. Jangan takut bersuara untuk mengkampanyekan pentingnya hutan untuk keberlangsungan energi terbarukan. Menulis, dirangkum, di upload ke media sosial karena energi, dan hutan itu saling terkait,” tutupnya.