Selamat Hari Pahlawan Nasional!

Pahlawan adalah mereka yang berjasa bagi bangsanya dan rela berjuang serta berkorban jiwa dan raganya demi membela kebenaran. Mereka yang telah berjuang tentunya pantas untuk mendapatkan penghargaan dari negara yang mereka bela. Dari sekian banyak negara di dunia, Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat menghargai jasa para pahlawan-pahlawan pendahulunya. Bentuk penghargaan bagi mereka para pahlawan nasional Indonesia salah satunya adalah dengan adanya peringatan Hari Pahlawan Nasional. 

Hari Pahlawan Nasional diperingati pada 10 November setiap tahunnya oleh Rakyat Indonesia. Banyak sekali figur pahlawan yang sangat berjasa bagi Indonesia. Di antara sekian banyak nama pahlawan yang ada, terdapat satu nama pahlawan yang sangat berjasa pada bidang pertambangan dan geologi di Indonesia pada masa awal kemerdekaan. Pahlawan tersebut bernama Arie Frederik Lasut atau yang kini dikenal sebagai Bapak Pertambangan Indonesia (Gambar 1). 

Gambar 1. Lukisan Arie Frederik Lasut (Direktorat K2KRS Kementerian Sosial)

Pemuda Cerdas dari Minahasa

Arie Frederik Lasut lahir di Desa Kapataran, Minahasa, Sulawesi Utara,  pada 6 Juli 1918.  Lasut merupakan anak dari pasangan Darius Lasut dan Ingkan Supit. Ia juga merupakan putra tertua dari delapan bersaudara. Adiknya yang bernama Willy Lasut pernah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara. 

Lasut merupakan seorang pribadi yang sangat cerdas. Awal pendidikan yang Lasut tempuh yaitu di Hollands Inlandsche School (HIS) atau Sekolah Belanda untuk Bumiputera di Tondano. Kemudian, ia mendapat kesempatan untuk sekolah pendidikan guru di Hollands Inlandsche Kweekschool (HIK) Ambon berkat keberhasilannya menjadi juara di kelasnya. Pada 1933, Lasut pun lulus dari HIK Ambon. Ia terpilih menjadi salah satu siswa yang dapat melanjutkan sekolah gurunya di HIK Bandung. Namun, ketika baru setahun di Bandung, Lasut memutuskan untuk tidak melanjutkan keinginannya menjadi guru. Lasut pun pindah ke Jakarta untuk bersekolah di Algemeene Middelbare School (AMS), sebuah Sekolah Menengah Atas pada zaman kolonial Belanda di Indonesia.  Pada 1937, Lasut lulus dari AMS dan melanjutkan pendidikan di Geneeskundige Hooge School (sekolah kedokteran). Tetapi, karena masalah perekonomian yang dideritanya, Lasut pun harus berhenti dari sekolahnya itu.

Pada 1938, demi bertahan hidup dan agar dapat kembali bersekolah, Lasut mulai bekerja di Departement van Economische Zaken (Departemen Urusan Ekonomi) Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Lasut kemudian kembali mencoba bersekolah dengan masuk ke Technische Hoogeschool te Bandung (Sekolah Teknik Bandung) yang kini telah berubah menjadi Institut Teknologi Bandung. Namun, lagi-lagi ia harus berhenti karena masalah perekonomian. Jiwa pejuang yang telah ditempa sejak kecil membuat Lasut menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah. Berbekal bakat, kecerdasan, dan ilmu yang sempat didapatnya dari Technische Hoogeschool te Bandung, Lasut kemudian mendapat beasiswa dari Dienst van den Mijnbouw (Jawatan Pertambangan) untuk menjadi asisten geolog.

Sang Ahli dalam Pertambangan dan Geologi 

Sewaktu bersekolah di Sekolah Teknik Bandung, Lasut juga pernah mendapat latihan sebagai Corps Reserve Officer untuk membantu Belanda melawan Jepang. Lalu pada tahun 1942 ketika Jepang menyerbu Indonesia, Lasut pun turut mengangkat senjata untuk menahan gempuran Jepang, termasuk dalam suatu pertempuran di Ciater, dekat Subang, Jawa Barat (Pranadipa Mahawira, 2013). Lasut tertangkap dan ditahan oleh Jepang dalam peristiwa itu. Jepang pun akhirnya benar-benar menduduki Indonesia dan mengambil alih kekuasaan dari Belanda yang telah lama menduduki negeri ini. Lasut sendiri kemudian dibebaskan, bahkan dipekerjakan di Chorisitsu Chosayo (Jawatan Geologi) yang didirikan pemerintah militer Jepang di Bandung. Jepang ternyata tahu bahwa Lasut adalah anak muda yang sangat piawai dalam hal pertambangan dan geologi. 

Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, instansi-instansi pemerintahan yang semula dimiliki Jepang diambil alih sesuai dengan instruksi Presiden Sukarno. Lasut pun turut mendirikan Jawatan Pertambangan dan Geologi pertama milik Pemerintah Republik Indonesia bersama beberapa rekannya (A.J. Bowden et al., 2013). Bahkan, ia kemudian diangkat sebagai kepala jawatan tersebut. Namun, institusi pimpinan Lasut harus berpindah-pindah tempat seiring kembalinya Belanda ke Indonesia yang memicu berbagai front pertempuran. Dari Bandung, Jawatan Pertambangan dan Geologi sempat pindah ke Tasikmalaya, kemudian berlanjut ke Magelang, dan pada akhirnya ditempatkan di Yogyakarta yang kala itu menjadi ibukota negara Republik Indonesia.

Selain ahli dalam bidang pertambangan dan geologi, Arie Frederik Lasut pun ternyata juga ikut ambil bagian dalam masa revolusi fisik saat itu. Ia ikut berperan dalam usaha mempertahankan kemerdekaan dengan membentuk Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi atau KRIS. Selain itu, ia juga menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), sebuah cikal bakal badan legislatif di Indonesia. 

Akhir Kisah Hidup

Selain ingin menguasai Indonesia kembali, Belanda juga berhasrat mengeruk sumber daya alam di Nusantara yang memang sangat melimpah. Lasut terus diincar oleh Belanda karena pengetahuannya mengenai pertambangan dan geologi di Indonesia. Oleh karena itulah Belanda berulang kali membujuk Lasut agar mau bekerjasama. Belanda paham betul bahwa Lasut adalah orang yang sangat mengerti tentang rahasia isi perut bumi Indonesia yang bernilai tinggi itu. Lasut selalu menolak tegas tawaran tersebut meskipun diiming-imingi berbagai fasilitas, kenyamanan, hingga uang. Sebaliknya, ia bersama KRIS justru semakin gigih menggelorakan perjuangan untuk mengusir Belanda dari Indonesia. Tak hanya itu, Lasut juga memanas-manasi Belanda, ia bermanuver dengan seolah-olah menggandeng investor lain untuk mengelola sumber daya alam Indonesia. Tindakan Lasut ini tak pelak membuat Belanda naik pitam. 

Pagi-pagi buta tanggal 7 Mei 1949, beberapa tentara khusus dikirim Belanda untuk menculik Lasut yang kala itu berdomisili di Yogyakarta. Ia kemudian dibawa ke Pakem, Sleman. Di suatu tempat yang tidak terlalu jauh dari Gunung Merapi tersebut, Lasut yang baru berumur 30 tahun kala itu pun ditembak mati oleh tentara Belanda tersebut. Beberapa bulan selanjutnya jenazahnya dipindahkan ke Pemakaman Sasanalaya, Yogyakarta di samping makam istrinya yang telah lebih dahulu meninggal pada bulan Desember 1947. Upacara penguburannya saat itu dihadiri oleh Mr. Assaat, pejabat presiden pada masa itu. Peristiwa tragis itu terjadi kurang dari setahun sebelum Belanda akhirnya mengakui kedaulatan RI melalui Konferensi Meja Bundar. Atas jasa-jasanya terhadap Republik Indonesia maka Arie Frederik Lasut pun diberikan penghargaan Pahlawan Pembela Kemerdekaan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 20 Mei 1969.

Seperti yang dikatakan oleh Ir. Soekarno, Presiden Pertama Indonesia

Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya.

Jadi setelah membaca artikel di atas, apakah Sobat Bincang Energi sudah lebih mengenal siapa pahlawan di bidang energi yang juga dijuluki Bapak Pertambangan dan Geologi Indonesia ini? Untuk merayakan Hari Pahlawan Nasional tahun ini, yuk kita hormati jasa para pahlawan nasional yang telah berjuang untuk Indonesia dan juga kita teladani segala hal-hal positif yang telah mereka lakukan.


Daftar Pustaka

A.J. Bowden, et al. 2013. Landmarks in Foraminiferal Micropalaeontology: History and Development. The Micropalaeontological Society (TMS) Special Publications. 

Departemen Sosial RI. 1994. Wajah dan Sejarah Perjuangan Pahlawan Nasional Volume 5. Departemen Sosial RI dan Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. 2019. Mengenang A.F. Lasut, Sang Pahlawan Geologi dan Pertambangan.
https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/mengenang-af-lasut-sang-pahlawan-geologi-dan-pertambangan. Diakses pada 9 November 2021.

Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2020. Data Pahlawan Nasional. 

Pranadipa Mahawira. 2013. Cinta Pahlawan Nasional Indonesia : Mengenal Dan Meneladani. Jakarta : WahyuMedia.

Raditya, Iswara N. 2017. Pejuang Geologi Ditembak Mati di Lereng Merapi. https://tirto.id/pejuang-geologi-ditembak-mati-di-lereng-merapi-cr4R. Diakses pada 9 November 2021.

Hafizh Arya Bramantha
Hafizh Arya Bramantha

Highly motivated

Tagged: ,
LATEST POSTS
FOLLOW AND SUBSCRIBE

Hari Pahlawan: Arie Frederik Lasut, Jejak Langkah Sang Pahlawan Pertambangan dan Geologi

oleh Hafizh Arya Bramantha time to read: 4 min
0